Alasan saya migrasi ke WordPress salah satunya adalah soal schema markup. Bahasa Indonesia menyebutnya data terstruktur. Sebab hanya dengan WordPress, pengaturan schema markup ini jauh lebih mudah dibanding sewaktu memakai blogspot. Sudah tahu dong apa itu schema markup?
Buat yang belum tahu, artikel berikut ini akan menceritakan soal schema markup, mulai dari pengertiannya, manfaatnya, hingga cara penerapannya secara singkat di blog kamu. Tapi sebelum itu saya pengin cerita sedikit mengapa artikel ini hadir.
Tabel Konten
Algoritma Broad Core
Tempo hari beredar tautan tentang update algoritma dari situs Searchengineland atau Searchenginejournal, ya? Saya sedikit lupa. Tapi ternyata keduanya sama kok informasinya. Mereka menulis bahwa Juni ini Google kembali merilis pembaruan terhadap algoritma Broad Core.
Buat yang belum tahu, algoritma Broad Core merupakan salah satu update algoritma mesin pencari Google yang mengetengahkan hasil pencarian secara menyeluruh. Pembaruan ini tak lagi menyasar secara spesifik seperti sebelumnya. Katakanlah seperti update algoritma Penguin yang secara khusus menyasar link spam.
Update algoritma Broad Core merupakan sebuah upaya Google dalam membaca keseluruhan konten dan menyajikannya sesuai dengan keinginan pengguna Google Search. Banyak yang bingung maunya algoritma ini. Sebab Google sendiri tidak menargetkan apapun selain membuat konten yang baik, interaktif, arsitektur situs yang bersih, dan berpedoman dengan panduan Google.
Jadi secara sederhana, saya memaknai pembaruan ini sebagai keinginan Google untuk memahami keyword inquiry secara kontekstual. Sehingga pelan tapi pasti konten yang dibuat tak lagi membutuhkan intensitas kata kunci seperti sebelumnya. Sebab Google sedang berupaya menafsirkan padanan kata kunci dan konten yang disajikan oleh penayang.
Secara teknis, saya pun mulai mengambil jalan tengah. Jalan yang sebetulnya sudah diambil oleh banyak webmaster dan jalannya sudah disediakan sejak lama oleh Google. Yakni membubuhkan schema markup pada setiap postingan.
Pengertian Schema Markup
Schema Markup adalah struktur data yang terdapat dalam konten atau isi situs untuk memberitahukan Google secara eksplisit isi dari halaman tersebut. Sebuah konten yang memiliki schema markup akan ditampilkan sedikit berbeda di halaman pencarian Google dengan sebutan rich snippet. Sehingga ia mudah dilihat dan hal ini baik untuk SEO.
Secara lebih luas, Schema Markup tentu bukan hanya domain Google. Bahkan hadirnya situs Schema.org yang dibuat pada 2 Juni 2011 merupakan sebuah kolaborasi antara Google, Yahoo, dan Bing. Schema ini dibuat agar setiap webmaster atau penayang memanfaatkan data terstruktur yang sudah dibuat bersama-sama itu untuk memudahkan mesin pencari memahami konten yang dipublikasikan.
Jadi secara sederhana ketika kamu membuat sebuah postingan dan mengatur schema markup atau data terstrukturnya, maka secara langsung kamu memberitahu Google Search atau mesin pencari lainnya, “Eh, ini loh konten saya tentang ini.” Kira-kira begitu. Lalu apa sajakah schema markup itu?
Jenis Schema Markup
Ada berapakah rich snippet di halaman Google Search yang sering kamu temukan? Ada empat, lima, bahkan sepuluh? Misalnya saat kamu mengetikkan “cara memasang mi wifi extender”, maka Google akan menampilkan hasil pencarian dengan menunjukkan urutan petunjuk dari cara memasang tersebut.
Kemudian rich snippet lainnya misalnya di salah satu hasil pencarian ternyata ada bintang-bintang yang menggambarkan soal ulasan dari sebuah produk. Nah, konten tersebut merupakan ulasan dari sebuah produk. Jadi saya menafsirkan kalau Google memang berupaya memberikan hasil pencarian sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna Google Search.
Untuk mengakomodasi banyaknya keyword inquiry dari pengguna, saat ini jenis Schema Markup telah mencapai 32 jenis. Lantas apakah jika tidak ada rich snippet di hasil pencarian, maka konten tersebut tidak dibubuhi dengan rich schema? Biasanya sih tetap dibubuhi ya, cuma jenisnya Article. Jenis ini menurut saya paling banyak dipakai.
Secara lengkap, inilah jenis Schema Markup berdasarkan pedoman Google.
- Article (
Article
) - Book (
Book
) - Breadcrumb (
BreadcrumbList
) - Carousel (
ItemList
) - Course (
Course
) - Pengumuman Covid-19 (
SpecialAnnouncement
) - Ulasan Kritikus (
Restaurant
) - Dataset (
Dataset
) - Employer Aggregate Rating (
EmployerAggregateRating
) - Perkiraan Gaji (
Occupation
) - Event (
Event
) - Cek Fakta (
ClaimReview
) - FAQ (
FAQPage
) - Aktivitas di Rumah (
Event
atauVideo
) - Petunjuk (
HowTo
) - Lisensi Gambar (
ImageObject
) - Job Posting (
JobPosting
) - Pelatihan Kerja (
EducationalOccupationalProgram
atauWorkBasedProgram
) - Bisnis Lokal (
Restaurant
,Store
, atauOpeningHourSpecification
) - Logo (
Organization
) - Pemecah masalah Matematika (
MathSolver
danLearningResources
) - Movie (
ItemList
) - Soal Latihan (
Quiz
) - Produk (
Product
) - Tanya Jawab (
QAPage
) - Resep (
Recipe
) - Cuplikan Ulasan (
Review
) - Kotak Penelusuran Sitelink (
Website
) - Aplikasi Software (
SoftwareApplication
) - Speakable (
Speakable
) - Artikel Berita (
NewsArticle
) - Video (
VideoObject
)
Itulah 32 jenis dari Schema Markup berdasarkan pedoman dari Google. Jenis tersebut tentu harus dikombinasikan dengan berbagai properti wajib seperti author
, image
, item
, name
, dan lainnya. Sehingga data terstuktur yang tampil di mesin pencari memiliki hasil yang optimal.
Cara Membuat Schema Markup
Schema markup yang sering dipakai biasanya Article
, sebab jenis yang satu ini biasanya sudah diatur secara default oleh berbagai plugin. Oh iya, itu untuk situs berbasis WordPress. Buat pengguna Blogspot, para pembuat template biasanya sudah mengatur kalau setiap postingan punya setidaknya dua schema markup, yakni Article
dan BreadcrumbList
.
Untuk membuat schema markup bisa dilakukan dengan plugin. Saya memakai plugin Rank Math untuk membuat schema markup. Ini rekomendasi saya buat yang awam banget soal coding seperti saya sendiri. Itulah mengapa saya migrasi, karena kalau di blogspot, saya mesti mengubah dan mendesain ulang html di template agar sesuai schema markup yang diinginkan.
Sayangnya untuk blogspot, schema markup itu akan berlaku secara umum. Jadi kalau kita sudah mengatur satu schema markup, misalnya FAQPage
maka setiap postingan blog akan memiliki schema markup yang sama. Dan ini menjadi tidak relevan kalau artikel tersebut tentang petunjuk alias HowTo
. Makanya daripada repot, yuk migrasi saja dari blogspot ke self-host. *emot senyum*
Oh iya, untuk teknis cara membuat schema markup dengan plugin Rank Math, silakan kunjungi situs Rank Math langsung ya. Tapi kalau sabar, ya nanti saya bakal bikin artikel HowTo
tentang membuat scheme markup dengan Rank Math. Ya tentu khusus pengguna WordPress.
Untuk melihat konten yang kamu unggah memiliki atau tergolong scheme markup yang mana, silakan salin tautan konten tersebut dan tempel di form Pengujian Hasil Kaya ini.
Manfaat Schema Markup
Manfaat schema markup ini memang tak terlalu kelihatan kalau kamu melihatnya kedalam postingan. Sebab schema markup diperuntukkan bagi mesin pencari. Jadi data terstruktur ini memang enggak cocok buat kamu yang membuat konten hanya untuk manusia saja dan tak memerlukan Google untuk menyebarkannya.
Karena dengan menggunakan schema markup, konten kamu akan lebih terlihat karena ada hasil kaya atau rich snippet ketika konten itu muncul di halaman mesin pencari. Entah ada tambahan bintang-bintangnya, ada sisipan poin-poinnya, dan seterusnya. Pokoknya beda sendiri.
Ketika konten kamu mudah terlihat di halaman mesin pencari, maka konten itu lebih berpotensi menghasilkan CTR atau rasio klik yang lebih baik. Untuk hasil CTR ini kamu bisa melihatnya di Google Search Console. Dengan begitu penggunaan scheme markup ini merupakan ikhtiar dari peningkatan SEO dari sisi SEO on-page.
Penutup
Sebelumnya saya mohon maaf kalau artikel ini tidak begitu teknis. Ini masih berupa insight saya atas pembaruan algoritma Google Broad Core Juni 2021. Kabarnya pembaruan ini baru berimbas pada situs kita sekitar sebulan atau dua bulan nanti. Dan apakah yang harus dilakukan?
Sebetulnya, tidak ada yang harus dilakukan selain tetap membuat konten yang bermanfaat, memiliki inetraksi dengan pembaca, dan patuh pada pedoman Google. Salah satu bentuk kepatuhan itu adalah membuat konten sesuai dengan tujuannya. Kalau tujuannya untuk membuat petunjuk ya buatlah schema markup dengan HowTo
bukan JobPosting
. Kira-kira begitu.
Wuih memang suhu kelas kakap nih. Bahasannya berat banget, mengenai data terstruktur. Cukup lama untuk mencerna dan mempelajari artikel super berbobot ini. Tapi kok ngajakin bae migrasi ke WP, memangnya mau ngajarin saya migrasi?? Wkwkwkwkwk….
Yok, mas… migrasi yok wkwkk
Schema markup ini dulu pernah muncul di GSC yang menyasar ke salah satu website saya agar diperbaiki. Pantesan ini jadi kunci supaya ada rich snipet yang spesifik menginterpretasikan isi konten di website ya mas doel?
Oya mas sekalian saya mau tanya, katanya ada zero klik di halaman pencarian Google ya mas? apakah itu sama dengan rich snipet atau efek dari pembaruan broad core juni ini?
Zero rank masuknya ke featured snippet. Tergantung artikelnya, kalo artikelnya punya schema markup apa, ya bakal dimunculin rich resultnya di zero rank. Broad core update itu luas cakupannya, lebih banyak ke jeroan website. kalo hasil berupa snippet ini udah lama.
Wah kudu pelanpelan banget ini bacanya
Harap maklum, otak saya agak lola mencerna yang teknis-teknis gini hehe
Siap belajar lagi suhuuu
Nanti kalau ada yang gak ngerti, aku tanya2 lagi yaaa
Saya pake WP cuma blm optimal makenya. Makasih sharingnya..jd punya gambaran dan masukan supaya SEO lebih baik hehe
wah ilmu bangt nih mampir ke blognya bang doel, jadi aku catet nih buat diterapin tips SEOnya
Selama tujuannya adalah pencarian konten yang lebih baik, lebih interaktif, dan lebih terstruktur, aku dukung mau update sesering apapun bang. Kekeke.
Aku gak ngerti banyak soal schema markup by WordPress ini, tapi yang jelas aku pribadi ngerasain banget gimana blogku diprotek dan diurus banget sama WP. Soalnya pengaturan domain dan hosting aku full di engineernya WP. Namanya juga emak-emak ini, maunya tahu beres tok karena sibuk urus yg lain. Hihihi.
Siap mbak…
Semakin aku mempelajari perbloggan, semakin engga tau apa-apa deh…
Walaupun aku pengguna WordPress, ilmunya belum nyampe nih ke schema markup.
Wong tadi, awal-awal baca artikal, mindsetnya ke proyek…hehe…markup proyek gitu…
Sama-sama belajar Mas Sani.
Siap, Mbak Shyntako.
Wkwkwk markup anggaran ya mbak
Pakenya WP.com ya mbak Mut
Meski sya pengguna WP tapi masih awam dengan hal-hal seperti ini. Hmmm…. memang perlu banget untuk belajar lebih banyak lagi. Terimakasih ulasannya Bang Doel. Jadi pembelajaran baru buat para blogger.
Jadi data terstruktur ini memang enggak cocok buat kamu yang membuat konten hanya untuk manusia saja dan tak memerlukan Google untuk menyebarkannya.
Bagian ini say amerasa tertohok. Hihihi.
Selama ini saya lebih sering berpikir membuat tulisan untuk manusia. Jadi SEO hanya pemanis kalau pas ingat.
Saya belum siap migrasi ke wordpress, nih.
Sampai sekarang saya cuma mengandalkan artikel yang bermanfaat dan fokus pada pembaca tanpa mengetahui algoritma atau SEO. Saya pikir itu akan cukup Ternyata tidak. dan lagi, saya belum siap migrasi, hehe.
Alhamdulillah dapat ilmu baru tentang blogging. Saya baru tahu tentang Schema Markup ini ya dari baca artikel ini. Sebagai pengguna blogspot emang nggak pernah mikirin sampe kesitu. Jad kepikiran, migrasi nggak yaa?