Mewujudkan Temu Virtual Warga dengan Laptop Berlayar Lega

Dirilisnya program Le-Dig alias Lebu Digital merupakan kabar yang baik bagi kami, para pendamping sosial. Pasalnya kehadiran program ini bisa menjadi salah satu jalan keluar kami menyiasati keterbatasan akibat pandemi.

Lebu Digital merupakan program dari Pemerintah Kabupaten Indramayu yang bertujuan menyediakan akses pelayanan via digital bagi masyarakat di tingkat desa. Salah satu kegiatannya adalah menyediakan akses internet gratis di balai desa.

Akses internet memang tak lagi menjadi barang mewah. Nyaris semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah dan murah. Namun murah bagi banyak orang, bisa jadi tak terjangkau bagi kelompok tertentu, seperti peserta program kami.

Keterbatasan di Tengah Pandemi

Peserta program kami sudah diverifikasi dan divalidasi oleh aparatur desa sebagai warga pra-sejahtera. Mereka mendapatkan bantuan sembako (Bantuan Pangan) setiap bulan dan bantuan uang (Program Keluarga Harapan) secara triwulan dari Kementerian Sosial RI.

Saya diberi tugas untuk memberikan penguatan kapasitas agar mereka berdaya, memiliki mindset sejahtera, dan memastikan anak-anak mereka mendapat pelayanan pendidikan dan kesehatan yang layak.

Saya mendampingi satu desa, dengan peserta sebanyak 210 orang. Mereka dibagi menjadi 11 kelompok. Setiap kelompok wajib diberikan materi peningkatan kapasitas yang disebut Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau dalam bahasa inggris disebut Family Development Session (FDS).

Isi dari peningkatan kapasitas itu berupa materi tentang pengasuhan dan pendidikan anak, ekonomi keluarga, kesehatan, perlindungan anak, perawatan lansia, dan tentang disabilitas. Materi ini diberikan dengan metode andragogi yang diselingi dengan berbagai ice breaking yang tidak menjemukan.

Ndilalah-nya seperti yang kita semua rasakan saat ini, pandemi pun datang. Semua sektor terhambat. Termasuk kegiatan saya yang satu ini.

Berselancar di Ranah Digital

Beberapa sektor pengajaran, seperti sekolah-sekolah, kampus, maupun tempat kursus memang beradaptasi dengan menggelar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Rapat-rapat kedinasan, perusahaan, maupun pertemuan lainnya banyak dilakukan melalui aplikasi meeting.

P2K2 sayangnya belum bisa beradaptasi semacam ini. Masalahnya bukan pada kemampuan transformasi materi alias melakukan digitalisasi pertemuan tersebut. Namun lebih kepada keterbatasan ekonomi guna mengakses internet dan menyiapkan sarananya sebagaimana disebut diatas.

Singkat kata, mereka yang ada di program ini adalah masyarakat yang untuk memenuhi kebutuhan dasar saja masih terseok-seok. Jangankan untuk membeli paket internet, makan saja masih susah.

Ide itu sebetulnya pernah terlintas saat saya masih ada di wilayah yang lama. Namun keterbatasan sumber daya manusia dari peserta itu sendiri membuat ide ini hanya mengedap di pikiran.

Tapi tiba-tiba ada mutasi kerja awal tahun 2021 ini yang membuat saya pindah ke wilayah yang dekat dengan perkotaan. Sumber daya manusia disini ternyata lebih baik. Ide itupun muncul lagi.

Ditambah lagi pelatihan stunting (tentu dengan metode daring) bulan kemarin membuat saya jadi tersadar bahwa sebetulnya ide ini memang bisa diterapkan. Kesadaran ini saya temukan saat membuat video tugas akhir yang bisa dilihat dibawah ini.

Mohon maaf jika video ini ada kekurangan. Namanya juga tugas akhir pembelajaran. Ini bikinnya masih belajar :p

Di video pembelajaran ini, kita bisa membuat video interaksi meski secara tidak langsung. Iya, modelnya nanti memang mirip Dora the Explorer yang berteriak mengulang-ulang agar penontonnya di rumah masing-masing mengikuti perkataannya.

“Apakah yg kita butuhkan untuk penunjuk jalan ke hutan?”

“Ya Peta. Katakan Peta!”

“Sekali lagi!”

“Ya, peta!”

Kira-kira bakal begitu sih. He-he-he.

Teknis dan Perhitungan Matematis

Kewajiban setiap peserta program, yang 210 orang tadi, adalah mengikuti P2K2 setiap bulannya. Di awal masa pandemi memang sempat terhenti. Namun dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, kegiatan ini harus bisa dilaksanakan.

Jadi setiap P2K2 dengan protokol kesehatan ini hanya bisa diikuti oleh paling banyak 10-15 orang. Siapa saja yang tidak disarankan datang? Ya sesuai protokol adalah mereka yang lansia, ibu hamil atau menyusui, dan ibu yang punya balita.

Untuk ibu yang punya balita ini sebetulnya boleh hadir. Cuma karena anak balitanya bakal ikut ke lokasi, maka mereka juga tidak disarankan untuk hadir. Kecuali tentu saja anak balitanya ini bisa ditinggal di rumah.

Dari 210 orang peserta, rata-rata peserta P2K2 berjumlah 18-25 orang (dalam kondisi normal). Menurut data, ada 52% peserta yang memiliki balita, dan 10% diantaranya berusia 60 tahun keatas. Jadi yang bisa hadir sesuai protokol kesehatan paling tidak hanya 10 orang.

Sehingga ada 100 orang lebih yang tidak bisa mendapatkan materi P2K2 saat pandemi seperti ini. Dan inilah target dari ide saya. Saya pengin melakukan sinkronisasi antara kegiatan ini dengan program Le-Dig yang mulai berjalan.

Para peserta ini bakal saya jadwalkan untuk bisa mengunjungi balai desa sebulan sekali guna mengakses YouTube yang berisi video-video pembelajaran. Kebetulan operator desa yang bertugas mengentri SIKS-NG Kemensos bisa membantu jika ditanya password Wi-Fi dari program Le-Dig diatas.

Katakanlah ada 100 orang yang harus menjalani P2K2 secara daring. Sementara waktu yang tersedia hanya 30 hari dikurangi delapan hari libur di hari jumat dan minggu. Jadi ada 22 hari yang tersedia bagi 100 orang, sehingga satu harinya bisa dipakai oleh 5 orang.

Dalam satu hari ada satu orang yang datang ke balai desa pada pukul 10.00, kemudian 11.00, 13.00, 14.00, dan terakhir pada 15.00. Saya hanya memutarkan materi pembelajaran selama kurang dari sejam, sambil tetap menjaga jarak, memakai masker, dan memakai disinfektan. Tentu tidak menimbulkan masalah untuk kepatuhan pada protokol kesehatan.

Sekarang masalahnya dimana? Masalahnya tentu saja ‘jembatan’ untuk mengakses internet itu. Beberapa diantara mereka memiliki ponsel pintar untuk PJJ anaknya. Tapi layar 5-6 inci tak lagi layak menemani belajar buat mata yang sudah mulai menua.

Jadi untuk menjalankan P2K2 virtual ini, paling tidak diperlukan sebuah laptop yang memiliki layar lebar, jeroan bagus, mendukung portabilitas, colokan yang lengkap, baterainya awet, datanya aman, dan harganya masih ramah di kantong. Oh iya, saya jadi ingat laptop ASUS VivoBook 15 A516.

Laptop Sebagai Jembatan Virtual

Memaksimalkan ide soal P2K2 virtual ini memang mentok di ketersediaan laptop. Padahal kalau saja ada niat, pemerintah daerah bisa menganggarkan inventaris laptop buat pendamping sosial. Jangankan laptop, di beberapa daerah ada yang memberikan motor. Silakan cek saja beritanya dengan kata kunci ini.

Apalagi laptopnya ASUS VivoBook 15 A516 yang bisa melengkapi kriteria kebutuhan kegiatan ini. Harganya juga bisa dibilang masuk ke kelas entry-level. Mari kita bahas dulu kenapa memilih laptop yang satu ini.

Layarnya Luas

Bentang layar 15,6 inci memang tidak sebanding dengan layar televisi yang rata-rata sudah 21 inci. Tapi dengan resolusi HD (1920 x 1080) dengan rasio 16:9, kecerahan 200 nits, punya LED backlit, dan ada fitur anti-glare membuatnya lebih unggul dari layar kaca yang biasa mereka pergunakan untuk menonton Ikatan Cinta.

Layar ini sangat bermanfaat dengan skenario di balai desa yang biasanya terang. Ya, demi protokol kesehatan saya tak mengizinkan mereka mengaksesnya didalam ruangan operator desa.

Suasana yang tidak ideal ini mengakibatkan layar laptop kalah oleh cahaya luar ruang. Tapi dengan fitur anti-glare, layar jadi tidak merefleksikan cahaya. Ditunjang pula oleh 200 nits dan LED backlit. Apalagi layarnya punya sudut tampilan yang lebar hingga 178°.

Rasio layar ke bodinya juga mencapai angka 83%. Ini berarti layar yang lebar tadi tidak membuat bodinya jadi semakin besar. Ketebalannya hanya 1,99 cm, dengan panjang 36,02 cm, dan lebar 23,49 cm. Beratnya juga cuma 1,8 kg.

Performa Puas

Sebetulnya saya tak berharap banyak dari performa setelah mendapatkan laptop dengan layar yang bagus. Tapi di kelas entry-level, ASUS VivoBook 15 A516 ini memberikan penawaran yang bagus.

Untuk harga paling rendah mereka menawarkan VivoBook 15 A516 dengan prosesor Intel® Celeron® N4020, RAM mulai dari 4GB, dan harddisk 1TB dan ada opsi juga untuk memakai hardisk M.2 NVMe™ dengan kapasitas mulai dari 256GB.

Untuk grafisnya ada GPU onboard Intel® UHD Graphics 600 dan untuk versi yang lebih tinggi bakal mendapatkan grafis diskrit NVIDIA® GeForce® MX330 dengan kapasitas 2GB GDDR5.

Oh iya, pertanyaannya kemudian kalau laptop ini dipakai oleh peserta program hanya pada siang hari, dan hanya buat menonton YouTube atau memutar video pembelajaran, agaknya mubazir sih.

Makanya laptop ini bakal saya pakai bersama dengan operator desa untuk melakukan entri data warga miskin di SIKS-NG. Sehingga performa yang bagus itu tidak terbuang sia-sia.

Tampilan Berkelas

Tampilan dari ASUS VivoBook 15 A516 layaknya laptop ASUS yang lain, simpel, elegan, dan modern. Jadi kalau dibawa rapat antar desa maupun kelurahan pasti enggak bikin malu.

Desain bodi belakangnya polos saja dengan tulisan ASUS di tengah. Layar sudah kita jelaskan diatas, dan kini giliran keyboard. Panel keyboard ini memiliki lampu backlit juga yang membuat urusan ketik-mengetik jadi lebih mudah.

Dibawah keyboard ada touchpad yang ditambahi sensor sidik jari yang terintegrasi dengan Windows Hello. Sehingga kita bisa membuka kunci laptop tanpa perlu repot mengetik kata sandinya. Seperti laptop mahal, ya?

Karena Ini Produk ASUS, Jelas?

Produk dari ASUS tak perlu diragukan lagi. Varian laptopnya di pasaran senantiasa laris-manis bak kacang goreng. Mau bukti? Laporan pangsa pasar IDC pada akhir Maret 2021 lalu menempatkan ASUS sebagai pemimpin pasar di Indonesia. ASUS menempati posisi teratas dengan angka 25,3 persen untuk penjualan laptop di tahun 2020.

Satu hal yang menyebabkan ASUS dipercaya konsumen adalah selain produknya berkualitas, ketersediaan service center mereka sangat luas. Pelayanannya juga bagus. Buat yang pernah punya pengalaman, pasti sepakat. Ya jelas sih, mereka punya pengalaman selama lebih dari 30 tahun dalam industri teknologi.

Buat kamu yang mau beli produk ASUS atau mau langsung membeli laptop ASUS VivoBook 15 A516, bisa langsung ke alamat ini https://id.store.asus.com/vivobook-15-a516.html.

Kesimpulan

Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.

Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.

Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.

Berikut spesifikasinya:

SpesifikasiKeterangan
Dimensi36.02 x 23.49 x 1.99 cm, 1,8 kg
ProsesorIntel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz)
Intel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz)
Intel® Celeron® N4020 Processor 1.1 GHz (4M Cache, up to 2.8 GHz)
GrafisNVIDIA® GeForce® MX330,2GB GDDR5
Intel® UHD Graphics 600
Layar15.6″,HD (1366 x 768) 16:9,Anti-glare,LED Backlit,200nits,NTSC: 45%,Screen-to-body ratio: 83 %
15.6″,FHD (1920 x 1080) 16:9,Anti-glare,LED Backlit,200nits,NTSC: 45%,Screen-to-body ratio: 83 %
15.6″,FHD (1920 x 1080) 16:9,Anti-glare,LED Backlit,200nits,NTSC: 45%,Screen-to-body ratio: 83 %
15.6″,FHD (1920 x 1080) 16:9,IPS-level Panel,Anti-glare,LED Backlit,NTSC: 45%,Screen-to-body ratio: 83 %
RAM4GB DDR3 on board
4GB DDR3 on board,4GB DDR4 SO-DIMM
8GB DDR3 on board
4GB DDR4 SO-DIMM ,Memory Max Up to:12GB
Penyimpanan1TB SATA 5400RPM 2.5″ HDD,256GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
256GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
WarnaSlate Grey
Peacock Blue
HargaRp5.299.000 – Rp 11.099.000

Penutup

Laptop ASUS VivoBook 15 A516 memiliki kompatibilitas yang bagus dengan kriteria kebutuhan dari P2K2 virtual ini. Meski begitu, tentu ia tak dibatasi hanya untuk penggunaan semacam ini.

Pokoknya buat kamu yang membutuhkan laptop dengan layar lega, performa menengah sedikit, namun dengan harga yang masih berada di kelas entry-level, maka laptop ASUS VivoBook 15 A516 bisa jadi pilihan.

Yuk, jangan hambat mimpimu dengan apa yang belum kamu miliki saat ini. Selama itu membawa manfaat yang lebih luas, wujudkan saja idenya. Ikhtiar saja, tetap berdoa, kemudian memasrahkan hasil pada-Nya.


Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS – 15 Inch Modern PC. Bigger Dream, Wider Screen Writing Competition bersama dewirieka.com.

2 thoughts on “Mewujudkan Temu Virtual Warga dengan Laptop Berlayar Lega”

Leave a Comment