Tentang Work From Home yang Wajib Diketahui

“Enak ya jadi blogger, kamu bisa work from home. Ajarin ngeblog, dong,”

Teman-teman saya acapkali berkata seperti itu. Padahal saya sebetulnya enggak work from home secara penuh. Saya pekerja lapangan yang memang tak terlalu terikat dengan pekerjaan kantoran. Blogging hanya sambilan.

Sebelum ada wabah novel corona virus atau COVID-19, work from home sudah dilakukan oleh banyak orang. Pekerjaan yang kerap disebut remote working ini sudah hampir menjadi gaya hidup.

Pengertian Work from Home

Work from home dialihbahasakan sebagai bekerja dari rumah. Menurut mbasKool, secara istilah frase ini merupakan sebuah kegiatan dimana karyawan melakukan segala pekerjaan untuk perusahaan mereka tanpa harus datang ke kantor setiap hari.

Pekerja yang melakukan kegiatan ini tidak mengalami perjalanan ke kantor dan tak perlu harus bangun pagi-pagi untuk segera menyiapkan segala sesuatunya. Sebab mereka tak perlu kemana-mana.

Istilah home alias rumah sebetulnya bisa diartikan secara luas. Karena ada juga yang tak memfungsikan rumah sebagai tempat bekerja. Banyak diantaranya yang memilih untuk bekerja dari kafe maupun co-working space.

Syarat tempat buat para pekerja ‘tanpa kantor’ semacam ini adalah nyaman, tersedia minum, dan yang jelas wajib ada wi-fi. Meski begitu, mereka tetap menyiapkan diri untuk membawa modem masing-masing buat jaga-jaga.

Mereka mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri. Bos hanya bertugas mengawasi progress kerja yang diberikan. Sesekali para pekerja ini akan diajak rapat untuk membahas segala sesuatu yang terkait dengan pekerjaan tersebut.

Tentu teknologi sangat berperan disini. Internet menghubungkan semuanya. Bahkan untuk rapat itu, mereka akan melakukan video conference sehingga seluruh tim bisa ‘bertemu’ dalam satu ‘ruangan’.

Work from Home Sebagai Gaya Hidup

Gaya hidup dari waktu ke waktu senantiasa berubah. Begitupun gaya hidup secara komunal. Dulu, work from home dianggap asing. Pelakunya dianggap pengangguran yang dicurigai ketika mendapatkan uang.

Sebagai orang yang hidup di kampung, saya pun merasakan hal ini. Saat orang lain ke kantor, saya masih minum kopi di teras rumah sembari membaca buku. Agak siang, ketika orang beristirahat, saya masih di tempat yang sama berteman laptop.

Waktu itu saya masih menjadi content writer berstatus freelance. Honor saya memang tak sebesar teman-teman seangkatan yang bekerja di leasing, PNS, maupun pegawai BUMN. Akan tetapi saya di rumah dan tetap menghasilkan uang.

Orang-orang memandang sebelah mata. Sebab tentu saja pekerjaan semacam itu bukanlah pekerjaan yang normal. Secara sosial, hidup sebagai pekerja rumah benar-benar tidak enak.

Hingga akhirnya, zaman pun berubah. Internet benar-benar masuk ke kampung. Orang-orang sudah banyak memiliki ponsel Android. Pemuda-pemudi kampung sudah lumrah bercengkrama di media sosial maupun aplikasi percakapan.

Hingga pada akhirnya profesi dengan pekerjaan remote ini diakui perlahan. Meski pada generasi tertentu, yang kerap disebut boomer, work from home masih belum mendapat tempat. Namun secara umum sudah bisa dianggap sebagai ‘pekerjaan’.

Bagaimana Pekerja Remote Mendapat Bayaran?

Adakalanya seseorang bertanya, bagaimana para pekerja dengan sistem work from home ini mendapatkan bayaran?

Ada banyak pekerja remote semacam ini bekerja untuk perusahaan yang nun jauh disana. Saya sendiri pernah mendapatkan ‘bos’ orang Jepang. Ia meminta staf penerjemah untuk menghubungkan pekerja seperti saya yang tak bisa berbahasa Jepang.

Saya baru mengetahuinya dari pembayaran invoice. Ia membuat situs berbahasa Jepang, dan pada satu menu bahasa Indonesia, saya diminta untuk mengisinya. Tentu saja, honornya lumayan.

Saya sendiri mendapatkan bayaran dari sistem yang dibuat oleh situs marketplace freelancer. Jadi para pemberi kerja bakal menawarkan pekerjaan dan kita akan menaruh lamaran. Pemberi kerja itu menaruh deposito sebagai jaminan di situs tersebut, sehingga kita bisa sama-sama saling percaya.

Setelah pekerjaan selesai, sistem tersebut bakal meneruskan pembayaran kepada saya. Tentu pemilik sistem itu mengambil fee dari transaksi tersebut. Sistem ini menjamin agar tak ada yang dirugikan dari kedua belah pihak.

Payment Gateway dalam Sistem Work From Home

Dalam praktik konvensional, transaksi jarak jauh biasa dilakukan melalui transfer bank. Namun kalau menghadapi jumlah pembayaran yang lebih besar dan banyak, para pemilik bisnis seperti bos saya diatas lebih mudah memakai payment gateway.

Payment gateway merupakan sebuah sistem transaksi online yang melakukan otorisasi proses pembayaran dari berbagai produk keuangan. Payment gateway ini bisa mengotorisasi pembayaran lewat kartu kredit, transfer bank, debit langsung, serta e-wallet.

Jadi dengan proses semacam ini, seorang pemberi kerja yang memiliki pekerja banyak dengan sistem work from home bisa dengan mudah mengatur pembayaran.

Yang paling sering ditemui sebagai pengguna payment gateway tentu saja e-commerce. Sebab untuk menghadapi pembeli yang begitu banyak, mereka mesti menyediakan sistem yang praktis yang memungkinkan bisa menampung semua transaksi dari berbagai bank.

Salah satu layanan payment gateway yang saya ketahui adalah Prismalink yang bisa diakses di situs prismalink.co.id. Layanan ini sepengetahuan saya merupakan yang cukup kompetitif dari segi tarif layanan.

Prismalink memiliki berbagai layanan untuk memudahkan transaksi, baik lewat kartu kredit, direct debit, virtual account, QR code dan bill payment. Buat perusahaan yang belum memiliki aplikasi, Prismalink juga sanggup membuatkan white label apps.

Konsep Prismalink atau payment gateway secara umum ini bisa dipahami di industri e-commerce. Sehingga secara sederhana konsepnya mungkin bisa lebih dipahami lewat penjelasan dibawah ini.

Konsumen membuka situs dimana ia mendapatkan barang/jasa, kemudian ketika melakukan pembayaran dengan transfer bank, ia tak perlu ke situs bank tersebut guna melakukan transaksi. Cukup di halaman situs tersebut dan ia sudah bisa melakukan transaksi.

Payment gateway bisa menerima cara pembayaran apapun dan tetap bisa melakukan otorisasi dari transaksi tersebut. Sistem didalamnya akan mencatat, rekonsiliasi, mendata pelanggan, hingga melakukan pengembalian dana apabila dibutuhkan.

Penutup

Sebagai orang yang masih work from home meski tak lagi penuh, saya terbantu sekali dengan payment gateway ini. Saya tak perlu memiliki rekening bank yang sulit diakses di daerah saya. Namun saya tetap bisa menerima bayaran.

Ya, meski terlambat, saya mengucapkan selamat datang pada mekanisme kerja yang lebih efektif. Meski begitu, harus dipahami work from home ini tidak cocok untuk semua orang dan pastinya tidak semua profesi bisa diubah menjadi pekerja remote.

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cara Membuka Database Pada Aplikasi Microsoft Access Yang Sudah Jadi

Halodoc Konsultasi Dokter Praktis dan Efektif

RecordCast, Perekam Layar Komputer Online yang Mudah dan Gratis

Right Runner UNICEF: Memahami Hak Anak dengan Game