Anak dan Gadget, Kapan Disebut Bahaya?

Durasi anak-anak didepan smartphone, gadget, atau gawai berpotensi bertambah ketika sekolah masih memberlakukan tanggap darurat pandemi. Anak dan gadget akhirnya memiliki hubungan yang (semakin) erat.

Di satu sisi hal ini memunculkan sebuah rasa syukur, bahwa anak-anak sekarang sudah melek teknologi sejak dini. Namun di sisi lain ancaman kecanduan serta dampak negatif lain yag disebabkan oleh gadget sangat terbuka lebar.

Beberapa diantaranya bahkan sudah pada tahap mengkhawatirkan. Banyak anak yang harus dibawa ke rumah sakit jiwa untuk mengatasi kecanduan mereka terhadap gadget.

Hal ini memunculkan dilema, sebab disatu sisi gadget itu boleh jadi membawa mereka pada karir dimasa depan, misalnya sebagai YouTuber maupun gamer. Namun disisi yang lain, ancaman penyakit mata maupun psikis bisa datang kapan saja.

Akhirnya polemik muncul bukan untuk menyoal boleh dan tidak anak diberi gadget, tapi pada durasi anak-anak bersama layar. Bahasa teknologinya bisa disebut sebagai screen time.

Kapan Gadget Screen Time Berdampak Negatif?

Berdasarkan pedoman dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), anak usia dibawah dua tahun tidak diperkenankan dikenalkan pada gadget. Artinya tidak ada screen time bagi mereka. Orangtua tak boleh memamerkan gadget pada mereka dalam kondisi apapun.

Ketika mereka sudah bertumbuh, WHO memberi kelonggaran screen time kurang dari sejam untuk anak berusia dua hingga empat tahun. Pedoman WHO ini juga dipakai atau sama dengan American Academy of Pediatrics (AAP) pada 2016.

Para ahli psikologi anak bahkan menyarankan agar anak-anak harus dijauhkan dari gadget sampai usia mereka paling tidak tujuh tahun. Pada usia dibawah itu, biarkan anak dengan aktivitas motorik alih-alih aktivitas digital.

Pada akhirnya hanya orangtua yang bisa mengukur sendiri tingkat bahaya gadget terhadap anak mereka. Para ahli hanya bisa memberika pedoman secara umum. Dan mereka juga menyarankan, kalau bisa tidak diberi gadget, ya sebaiknya memang tidak usah sama sekali.

Ada beberapa bahaya yang mengintai ketika anak, bahkan yang masih balita, sudah diberikan gadget. Bahaya gadget bagi anak diantaranya kecanduan di depan layar, minim skill sosial, kurang bergerak, bertingkah agresif, kosakata yang rendah, merusak mata, dan banyak lagi.

Jadi sebelum mendapati munculnya dampak negatif gadget pada anak, sebaiknya ikuti saja saran dari para ahli itu. Sebab ketika bahaya gadget sudah hadir, maka sangat susah untuk memperbaikinya.

Dampak Positif Gadget pada Anak

Sudah disinggung diatas bahwa sebagaimanapun buruknya, gadget tetaplah sebuah produk teknologi yang memiliki dampak positif. Sehingga hal ini kerap memunculkan dilema pada orangtua.

Hal positif dari gadget tentu pada ketersediaan fasilitas belajar yang sangat berlimpah. Orangtua bisa mengeksplorasi berbagai hal yang mungkin tak bisa atau berbiaya mahal ketika harus dilakukan secara fisik.

Misalnya orangtua membawa anaknya liburan ke berbagai museum di mancanegara. Dengan gadget, orangtua tak perlu memikirkan biaya tiket, akomodasi, paspor, serta visa untuk mengunjungi museum itu. Sebab saat ini Google Maps sudah menyajikannya secara virtual.

YouTube dan beberapa situs lain juga sudah menyediakan sara belajar daring yang menyenangkan. Lewat proses digital ini, bukan tidak mungkin pengetahuan anak bisa jauh melampaui apa yang diajarkan oleh sekolah mereka.

Orangtua juga bisa mengajarkan beberapa kondisi darurat pada anak melalui gadget. Misalnya ketika orangtua sakit, maka anak bisa diminta untuk melakukan konsultasi ke dokter maupun membeli obat. Loh memangnya bisa? Ya bisa dong, ‘kan ada Halodoc.

Dengan Halodoc, kamu bisa melakukan berbagai upaya menjaga kesehatan atau mengobati sakitmu. Mulai dari konsultasi dengan dokter, membeli obat, hingga meningkatkan pengetahuan kamu terhadap isu kesehatan melalui artikel-artikel di Halodoc.

Jadi dampak positif gadget memang banyak. Tapi banyak orang bijak bilang, gadget ini mirip pisau. Kalau pemanfaatannya betul, ia bisa berguna banget di dapur. Kalau enggak, dia bisa melukai kita.

Tips Membatasi Gadget pada Anak

Dari beberapa uraian diatas, tentu salah satu jalan bijak adalah melakukan pembatasan penggunaan gadget pada anak. Sebab ketika dibiarkan dengan gadget, anak akan terpapar bahayanya. Sementara jika dilarang, anak tidak mendapat dampak positif gadget.

Untuk itulah dari beberapa sumber, saya mengutip berbagai tips yang mungkin saja bermanfaat buat para orangtua untuk membatasi penggunaan gadget bagi anaknya. Inilah dia beberapa tipsnya:

  1. Membuat area bebas gadget. Orangtua bisa membuat area atau waktu bebas gadget di wilayah tertentu, misalnya ruang makan maupun saat makan bersama. Bisa juga saat ada acara keluarga diterapkan area bebas gadget.
  2. Tidak ada gadget sebelum tidur. Banyak anak, termasuk mungkin orang dewasa, memiliki kebiasaan melihat YouTube, TikTok, maupun media sosial sebelum tidur. Hal ini bisa menambah potensi kecanduan pada mereka. Maka sebisa mungkin tidak ada gadget sebelum tidur. Dan jauhkan gadget dari kasur.
  3. Membuat arena belajar khusus. Gadget sering membuat siapapun tidak fokus. Termasuk membuat gagal fokus pada kegiatan belajar. Maka buatlah ruangan khusus untuk belajar agar siapapun bisa fokus disana, dan simpanlah gadget diluar.
  4. Orangtua memberi teladan penggunaan gadget. Kunci utama dari masalah ini adalah keteladanan orangtua. Sebab anak-anak, apalagi yang masih balita, akan meniru tabiat dan perilaku orangtuanya. Termasuk untuk penggunaan gadget.

Demikianlah artikel tentang anak dan gadget yang bisa saya sampaikan. Kesimpulan yang bisa saya kemukakan dari artikel ini adalah gadget merupakan sebuah teknologi. Sebagaimana teknologi yang lain, ia selalu memiliki dua sisi yang saling bertolakbelakang.

Oleh karena itu pemanfaatan gadget agar dapat memberikan dampak positifnya pada anak secara optimal, tergantung dari kebijaksanaan orangtua dalam mendidik anak.

Leave a Comment