Buat yang sering menengok grafik di Google Analytics pasti kerap bertemu dengan bounce rate. Beberapa diantaranya ada yang sedikit risau melihat bounce rate-nya besar. Lantas apa itu bounce rate dan bagaimana menurunkannya?
Bounce rate itu berada di salah satu segitiga ABC dalam Google Analytics. Tepatnya berada di menu Behavior karena mengukur ‘sikap’ pengunjung yang datang ke blog kita.
Dua komponen yang lain, yakni A dan C merupakan Acquisition dan Conversion. Acquisition berfungsi memberitahu darimana pengunjung blog itu berasal. Sementara Conversion memperjelas capaian target blog dari kunjungan tersebut.
Karena ukurannya tentang sikap pengunjung di blog kita, maka bounce rate ini bisa jadi cerminan dari isi blog kita sebenarnya. Tapi apa iya memang seperti itu?
Tabel Konten
Apa Itu Bounce Rate?
Bounce rate merupakan angka persentase yang dihasilkan dari satu kali sesi kunjungan tapi tidak menghasilkan interaksi dengan halaman lain. Dalam bahasa Indonesia, bounce rate kerap disebut sebagai rasio pantulan atau pentalan.
Dalam menu Behavior, bounce rate dihasilkan dari jumlah bounce atau pentalan dengan keseluruhan session alias sesi.
Dalam Analytics, bounce dihasilkan dari pengunjung yang hanya menghasilkan satu kunjungan saja. Sementara itu session dimaknai sebagai jumlah kunjungan dalam durasi tertentu.
Anda tak perlu menghitungnya, sebab di Google Analytics rasio pentalan ini sudah dihitung secara otomatis. Namun buat yang penasaran bagaimana perolehannya, silakan catat masing-masing angka session dan bounce.
Jumlah session dalam periode tertentu bisa dilihat di menu Home. Sementara itu untuk mendapatkan angka bounce bisa dilihat pada matriks Behavior. Tapi ya buat apa susah-susah sih, toh sudah dihitungkan secara otomatis oleh Google Analytics.
Makna Angka Bounce Rate
Saya belum tahu siapa yang pertama kali melakukan klasifikasi angka bounce rate ini. Sebab sejak lama ada yang bilang kalau angka bounce rate >80% berarti buruk, <80% sedang, <20% bagus.
Sebetulnya belum tentu juga angka bounce rate ini mencerminkan isi blog Anda. Ya kalau blog Anda merupakan satu halaman tunggal, pasti bounce rate-nya 100% ‘kan? Apa itu buruk? Ya enggak dong.
Ada lagi yang hanya memperhatikan jumlah kunjungan saja tanpa melihat bounce rate. Ia hanya menyajikan informasi tunggal di dalam satu URL tersebut. Dan dengan seperti itu nilai konversinya tercapai. Terus apa kita bisa bilang bounce rate-nya buruk?
Tentu menjadi masalah kalau kita memang mempermasalahkan angka bounce rate itu sejak awal. Seolah-olah kita menebak kalau orang lain tak suka dengan tulisan lain di blog kita. Dan hal ini juga cukup mengganggu saya beberapa waktu terakhir.
Saya cukup terganggu, sebab katanya bounce rate yang tinggi menjadi cerminan kalau artikel di blog kita kurang menarik. Pengunjung merasa tidak menemukan apa yang dicarinya sehingga langsung keluar setelah klik pertama.
Cara Menurunkan Bounce Rate
Setelah cukup terganggu dengan keinginan untuk menurunkan bounce rate, tentu Google Search adalah jalan keluar. Dan dari berbagai cara yang saya temukan, jawabannya hampir senada.
Berikut beberapa jawaban dari pertanyaan tentang bagaimana cara menurunkan bounce rate, baik dengan embel-embel terbaru, paling cepat, maupun terjamin suksesnya.
Membuat Blog Seringan Mungkin
Ada yang risau dengan angka-angka kecepatan blog di GTMetrix maupun Page Insight? Ya, saya adalah orang yang cukup risau dengan skor yang ditunjukkan disana.
Kedua tools tersebut sering saya pergunakan untuk mengukur kecepatan loading blog. Rasanya kalau indikatornya belum hijau, masih belum afdhol.
Buat yang tak paham memodifikasi tema, seperti saya, tentu cara terbaik untuk membuat blog yang ringan adalah menghindari gambar diatas 60 kb. Tidak ada widget tambahan, seperti widget gambar dan sejenisnya.
Cuma kadang-kadang karena memenuhi kewajiban dalam mengikuti lomba, seperti sewa bus semarang, jadilah ada widget sidebar gambar di blog ini.
Beberapa kode tambahan seperti kode Google Analytics, kode Google Adsense, dan kode-kode yang mengambil sumber pengaya dari luar bakal menghasilkan tambahan waktu loading bagi blog.
Apakah widget dan kode itu harus dicopot semuanya agar blog bisa lebih ringan? Nah, disitu pilihan yang berat. Anda lebih tahu prioritas yang dibutuhkan.
Menambahkan Tautan Terkait maupun Related Post
Tautan terkait bisa dipasang secara otomatis oleh template-nya, bisa juga dipasang secara manual oleh Anda sendiri. Tempatnya ada di tengah-tengah artikel.
Related post merupakan widget post yang terpasang dibawah artikel. Setiap template biasanya sudah secara otomatis memasang widget ini.
Related post maupun tautan terkait sama-sama berisi tautan terhadap artikel lain di blog tersebut. Hanya berbeda penempatan saja. Namun keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni agar pengunjung melihat ada postingan yang lain.
Kenapa harus terkait atau related? Silakan pakai logika saja, setiap orang yang tertarik berkunjung ke blog kita ‘kan karena dia tertarik dengan postingan tersebut. Kalau disajikan non-related post, kemungkinan pengunjung tersebut pasti lebih tidak tertarik.
Menempatkan tombol search secara jelas atau mudah ditemukan juga menjadi salah satu hal menarik agar orang terus berada di blog kita.
Untuk itulah banyak yang menyarankan agar sebuah blog itu hanya memiliki satu niche saja, bukan gado-gado. Karena setiap pengunjung memiliki kemungkinan yang besar untuk mengklik artikel yang lain di blog tersebut.
Mengatur Open in A New Window untuk Setiap Outbond Link
Adakalanya selain internal link, kita mesti memasang outbond link. Kalau seseorang mengklik internal link, ya mending karena blog kita bakal tetap dikunjungi. Namun bagaimana kalau ia mengklik outbond link?
Karena ia mengunjungi outbond link maka kunjungannya tercatat sebagai bounce. Sementara agar blog kita tetap berada di browser tab dan tidak ditutup maka satu-satunya cara mengatur link keluar itu dengan Open in A New Window.
Untuk pengguna blogspot, caranya ketika memasukkan link di artikel, maka menu Open in A New Windows dicentang. Sementara pengguna wordpress, silakan toggle Open in new tab dihidupkan saat memasukkan link.
Membuat Konten yang Menarik
Ini sebetulnya kunci dari cara menurunkan bounce rate. Konten yang menarik tentu merupakan penarik minat yang paling alami. Ketika pengunjung menemukan konten kita di Google dan merasa bahwa konten tersebut menarik, tentu saja ia bakal penasaran dengan artikel yang lain di blog tersebut.
Sayangnya tidak semua orang memiliki kapasitas untuk membuat konten yang menarik. Bahkan menarik untuk satu orang, belum tentu membuat orang lain yang memiliki minat yang sama juga tertarik dengan artikel tersebut. Ini cukup subjektif.
Jadi ini lebih kepada kualitas konten. Secara subjektif memang agak sulit menilainya, namun secara umum konten yang baik memiliki struktur artikel yang baik, tidak ada kesalahan pengetikkan, serta disertai gambar-gambar yang menarik.
Pengalaman Saya dalam Menurunkan Bounce Rate
Sejak saya cukup risau dengan anggapan angka bounce rate, maka saya juga terobsesi untuk menerapkan beberapa hal diatas.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mengganti template ke yang lebih ringan. Saya mengganti VioMagz ke LinkMagz. Duo template yang dibuat oleh Mas Sugeng.
Ganti Template
Saya mengganti template pada 20 Maret 2020 kemarin. Yang saya rasakan selama beberapa hari adalah posisi di SERP banyak yang turun. Namun traffic mengalami kenaikan.
Hal ini memang cukup dilematis, namun mengingat tujuan saya agar angka bounce rate turun, saya pikir posisi di SERP bisa dikejar lagi setelah masa penyesuaian seluruhnya selesai.
Saya mengecek traffic hampir selalu dari Google Search Console. Sebab saya hanya menarget kunjungan organik. Dan alhamdulillah grafiknya juga meningkat setelah mengganti template ini.
Setelah sekitar seminggu saya memakai LinkMagz, saya baru berpikir untuk mengecek traffic di Google Analytics. Dan hasilnya cukup membuat kaget. Angka bounce rate turun sangat siginifikan. Perbandingannya bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
Perbandingannya bisa tampak jelas pada gambar tersebut. Untuk bounce rate sebelum tanggal 13 Maret 2020, blog ini mendapat angka yang hampir sama. Tak jauh-jauh dari 85 % hingga 89%.
Setelah mengganti template ke LinkMagz, lompatan angka bounce rate turun drastis. Di Google Analytics, penurunan ini disimbolkan dengan warna hijau pada angka persentase penurunannya.
Hingga artikel ini ditulis, angka tersebut stabil. Saya bahkan beberapa hari terus memantau, khawatir ada yang salah dengan penempatan kode Analytics atau widget yang mempengaruhinya. Ternyata tidak ada.
Blog Jadi Ringan
Buat yang bertanya-tanya mengapa bisa seperti itu, saya hanya bisa menjawab kalau cara menurunkan bounce rate diatas ya memang benar. Dan selama ini mungkin yang membuat angka bounce rate tinggi di blog saya adalah karena template yang lumayan berat.
Untuk melihatnya, saya memakai ukuran dari Google PageSpeed Insights dan GTMetrix. Silakan ditengok.
Dulu sih boro-boro mendapat skor yang hijau-hijau semacam itu. Apalagi untuk PageSpeed Insights versi mobile, rata-rata mendapat skor kuning.
Perlu diketahui, blog ini memang tidak dipasang kode Adsense. Tetapi template sebelumnya juga tidak terpasang Adsense. Hasilnya tetap lebih baik template sekarang.
Paling tidak dengan blog yang ringan, pengunjung tidak segan untuk mengklik artikel lainnya di blog ini. Dan itulah yang membuat angka bounce rate jadi lebih ramping.
Saya juga sering melihat sub-menu Speed (Experimental) di Enhancement pada Google Search Console. Disitu terlihat halaman mana yang masih menghasilkan skor merah atau halaman yang dimuat lebih dari 3 detik.
Dari data di GSC ini saya mengedit artikel yang memiliki loading lebih dari 3 detik. Selain tentu saja masih terus memperbarui artikel lama yang memiliki informasi yang ketinggalan.
Penutup
Lantas ketika Anda memperbaiki blog seperti diatas dan mendapati angka bounce rate yang tak kunjung turun, silakan periksa lagi apa saja yang salah.
Demikian cara menurunkan bounce rate yang bisa saya sampaikan. Apabila ada yang perlu ditanyakan maupun disanggah, sangat diperkenankan untuk meninggalkannya di kolom komentar.
aku tau istilah2 itu Di GA, tapi tak tau pemahamnnaya,
hanya yg aku garais bawahai bab piliha, kurangi jvscript biar ringan atau biarkan saja tapi agak berat,
nah itu pilihan sama2 sulit,
kalo cara buat meng index halaman gimana bang?