Google kembali mengubah algoritmanya per September 2019 ini. Raksasa asal Palo Alto ini mengumumkan kalau mesin pencarinya bakal mengutamakan artikel yang bersifat \’original reporting\’. Apa sih maksud dari original reporting ini?

Sebelum masuk kepada pengertian original reporting, sebaiknya kita mengetahui dulu maksud dari Google dalam mengubah algoritmanya kali ini. Dikutip dari blog.google, perubahan algoritma ini didasarkan atas tujuan Google untuk memberikan variasi hasil pencarian atas sebuah isu yang sama.

Google maunya setiap hasil pencarian pada sebuah query atau kata kunci yang diisikan di Google Search, menghasilkan hasil pencarian yang memiliki karakteristik dan konteks yang bervariasi.

Algoritma ini menginginkan hasil pencarian dalam artikelnya memberikan fakta penting dan sudut pandang yang berbeda dari pandangan umum. Dan itu hanya bisa didapatkan dari penelitian mendalam, baik penelitian lapangan maupun literatur, atas sebuah peristiwa.

Selama ini, yang namanya artikel yang membahas sesuatu tentu hasilnya mirip. Ya namanya juga informasi sesuai fakta, tentu apa yang disampaikan apa adanya. Cuma kalau mengikuti algoritma kali ini, rupanya tidak begitu.

Misalnya fakta tentang \’wafatnya Habibie\’. Di hampir seluruh media massa yang terindeks Google, praktis muncul sejarah hidup Presiden Ketiga Republik Indonesia ini, kemudian karya-karyanya, kutipan-kutipannya, dan ada beberapa tulisan fitur yang menyandingkan almarhum dengan publik figur lainnya.

Kalau melihat maunya Google kali ini lewat algoritmanya, artikel yang bakal didorong menuju page-one adalah artikel original reporting. Artikel dengan sudut pandang baru yang berbeda dari kebanyakan.

Misalnya media A, B, dan C menulis fakta-fakta umum tentang kehidupan seorang B. J. Habibie. Jurnalis media B menulis tentang kehidupan Habibie dalam sudut pandangnya ketika ia mendampingi almarhum saat masih hidup. Saat menulis artikel, ia mengandalkan pengalamannya sebagai jurnalis istana sewaktu almarhum masih menjabat.

Ia bercerita sesuai sudut pandang yang dilihatnya, diseksamainya, dan dihayatinya atas sosok B. J. Habibie. Ia tulis sesuai laporan jurnalis biasa, pada umumnya, namun ada fakta-fakta tertentu yang tak dilihat orang lain yang tertuang dalam artikelnya itu. Ia tak mengutip sama sekali pendapat media lain atau sumber lain. Artikel tersebut murni sesuai pandangan matanya dan sudut pandang pikirannya.

Itulah kira-kira makna dari original reporting. Kalau dimaknakan sesuai dengan etimologinya maka original reporting berarti laporan asli. Dari beberapa definisi yang dijelaskan oleh banyak media, original reporting merupakan laporan asli yang berasal dari hasil penelusuran fakta penulis atas situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Artikel yang dihasilkan bukan merupakan saduran dari media lain.

Sayangnya, pengertian itu hanya asumsi saya. Sebab Google pun tidak menjelaskan apa definisi yang baku dari original reporting. Hal ini tentu sudah biasa buat yang selalu memantau perubahan demi perubahan algoritma mesin pencari Google. Tidak ada yang bisa menjelaskan secara pasti bahkan hingga mendekati angka 90 % pun tentang perubahan algoritma dari Google itu.

Saya kutipkan pengertian original reporting dari Google:

There is no absolute definition of original reporting, nor is there an absolute standard for establishing how original a given article is. It can mean different things to different newsrooms and publishers at different times, so our efforts will constantly evolve as we work to understand the life cycle of a story.

Jadi intinya, algoritma ini seperti algoritma sebelumnya yang selalu belajar untuk membaca apa yang sebetulnya terjadi. Namun Google selalu menitipkan pesan diawal pada setiap algoritmanya, kalau yang perlu dinaikkan posisinya ke page-one adalah artikel atau konten semacam ini.

Apakah ini selalu berhasil dan memuaskan banyak publisher? Biasanya jawabannya: tidak.

Pada algoritma kali ini, Google melibatkan 10.000 orang untuk mengujicobanya. Sekian banyak orang tersebut diberikan pedoman-pedoman atas apa yang disebut sebagai original reporting. Kemudian mereka memberikan peringkat pada hasil yang muncul di mesin pencari dengan algoritma yang baru tersebut.

Pemberian peringkat ini didasarkan atas otoritas halaman, reputasi, kedalaman pembahasan, maupun laporan investigasi yang membutuhkan kemampuan tersendiri. Semakin tinggi peringkatnya, maka semakin besar pula peluangnya untuk page-one di Google Search.

Pengaruhnya Buat Blogger

Kalau dipikir-pikir, algoritma ini sama saja dengan algoritma sebelumnya. Sebab masih mengetengahkan istilah otoritas dan kedalaman pembahasan atas sebuah isu yang muncul. Otoritas biasa dibaca oleh Google crawl sebagai niche halaman, sementara kedalaman pembahasan biasanya (biasanya loh ya) direpresentasikan oleh banyaknya jumlah kata dalam artikel.

Namun prediksi saya, dengan adanya algoritma ini, blogger-blogger yang sering menulis hasil liputan bakal mendapat exposure bagus di mesin pencari. Asal artikel yang disajikan membawa fakta-fakta baru yang sesuai dengan garis besar tulisan original reporting. Kalau artikelnya pesanan sponsor, yang mirip-mirip dengan blogger lain, mungkin berat juga persaingannya untuk tampil di page-one.

Buat saya sih dengan adanya orginal reporting mudah-mudahan situs semacam Tribu*news maupun Gr*d bisa dihapus dari page-one. Sebab situs itu \’kan sindikasi yang beritanya \’mencaplok\’ dari situs induknya atau saling berbagi konten satu dengan yang lain diantara grup medianya.

Satu lagi, kalau orginal reporting menuntut keaslian sebuah artikel, maka semoga para pelaku copas dan spinning artikel segera dienyahkan dari Google Search. Biar publisher yang orisinal ikut merasakan bahagia. :)

Sekian artikel saya tentang perubahan algoritma Google: Original Reporting. Semoga bermanfaat. Silakan berkomentar buat yang mau menambahkan.

UPDATE:

Perubahan algoritma Google ini bukan cuma soal original reporting semata. Sebab beberapa waktu setelah dirilisnya algoritma ini, Google juga memperbarui kembali algoritmanya.

Akun Twitter Google Webmaster menjadi sumber dari informasi ini. Akun tersebut menyebut kalau ada perubahan algoritma selain diatas. Dan seperti biasa, para pemilik website tidak perlu melakukan sesuatu terkait hal ini.

Namun artikel-artikel yang tidak sejalan dengan algoritma ini akan diturunkan dari posisi page one. Artikel di blog ini juga banyak yang tersingkir dari persaingan di halaman pertama Google.

Kalau dilihat dari artikel mana saja yang tersingkir, saya mencatat ada beberapa hal yang menyebabkannya. Pertama, artikel yang disalin mentah-mentah baik lewat manual maupun AGC. Kedua, artikel yang pernah saya kirim ke platform seperti VivaLog dan semacamnya.

Jadi kalau dipikir-pikir, ada kemungkinan artikel yang turun tersebu tidak orisinal. Google mungkin mencatatnya sebagai duplicate content sehingga menurunkannya dan menggantinya dengan konten dari domain yang lebih kuat.

Sebab saya sudah mengeceknya. Artikel saya malah turun dari page-one, sementara artikel yang ada di VivaLogs malah nangkring di posisi pertama. Ini tidak masalah seandainya, artikel sumber yang saya tulis masih bertahan. Tapi masalahnya malah terlempar entah kemana.

Google Search Console juga sepertinya lambat dalam mengindeks artikel yang tidak orisinal. Misalnya artikel tentang isu \’A\’. Nah, artikel ini sudah banyak yang membahas pada bulan sebelumnya, sementara kita baru membahasnya sekarang. Maka jangan harap artikel kita bakal disayang sama Google.

Begitulah kira-kira pandangan saya tentang perubahan algoritma Google. Barangkali ada komentar, silakan tulis saja di kolom yang disediakan.

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *