Prospek Kerja Lulusan Bahasa Inggris yang Diambil AI

Artificial intelligence (AI) semakin hari semakin canggih. Pelan tapi pasti teknologi ini sudah bisa menggantikan beberapa pekerjaan yang dikerjakan manusia. Apakah prospek kerja lulusan Bahasa Inggris juga bakal digantikan AI?

Silih berganti, AI ini cukup masif dalam menggeser manusia dari pekerjaannya sekarang. Tempo hari jabatan eselon III dan IV di kementerian dan beberapa lembaga dipangkas dan digantikan AI. Jauh-jauh hari sebelumnya beberapa bidang pekerjaan di perbankan juga tergeser oleh AI.

Menurut berita dari CNBC, ada 6,17 juta orang pekerja sektor keuangan di Amerika Serikat bakal tergantikan AI. Mereka digeser oleh financial machine learning yang digunakan oleh kantornya.

AI di bidang bahasa juga semakin canggih. Sehingga sangat memungkinkan prospek kerja alumni pendidikan Bahasa Inggris, baik yang level kursus hingga tingkat universitas, bakal banyak direnggut oleh kecerdasan buatan ini.

Apa itu Artificial Intelligence

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan cabang ilmu komputer yang memberi penekanan pada kemampuan berpikir dan bertindak layaknya manusia. Tindakan manusia seperti belajar, merencanakan, mengambil keputusan, maupun mengenal bahasa bisa dilakukan oleh AI.

Saat ini ada tiga ringkasan inti dari perkembangan AI menurut Forbes. Pertama, AI yang menerapkan deep-learning sehingga mampu membaca karakteristik manusia berdasarkan gambarnya semata. Ia menganalisanya secara psikologi.

AI kedua menerapkan sistem yang mengutamakan ketangkasan dan kepiawaian otak. AI ini mampu berkompetisi dengan Grand Master catur bahkan mengalahkannya.

AI jenis ketiga memakai Natural Language Processing (NLP) yang dipergunakan oleh banyak pihak untuk berkomunikasi dengan manusia. Ia diadaptasi dalam bentuk chatbot yang dipergunakan sebagai ‘petugas’ front office.

Kaitannya dengan pembahasan prospek lulusan bahasa Inggris, maka kita membahas AI jenis ketiga. AI yang mendasarkan prosesnya pada olah teks suatu bahasa. Semakin canggih AI tersebut, maka bahasa yang dikuasainya semakin banyak dan akurat.

Kabarnya, algoritma Google Search juga sudah mengadaptasi AI jenis ini. Algoritma berbasis NLP ini memudahkan sang mesin untuk menganalisa query yang diketikkan pengguna di kolom pencarian.

Saat ini kalau anda mengetikkan ‘prospek kerja’, maka Google sudah memahami kalau konteks yang dicari adalah ‘peluang kerja’, ‘lowongan kerja’, ‘kesempatan berkarir’, dan lain-lainnya. Jadi tidak saklek mesti sama dengan kata kunci yang dimasukkan.

Kecanggihan AI dengan NLP-nya inilah yang kemudian menginisiasi hadirnya beragam alat bantu bahasa seperti alat penerjemah dan semacamnya. Karena Bahasa Inggris cukup banyak dipergunakan, maka adaptasinya untuk bahasa internasional ini dulu.

Itulah mengapa para lulusan Bahasa Inggris perlu khawatir dengan hal tersebut. Eh, lebih tepatnya bukan khawatir, namun siap siaga. Apa saja yang bakal digantikan?

Penerjemah Bahasa Asing

Formasi CPNS untuk penerjemah dokumen asing mungkin selalu ada di setiap instansinya. Hal ini disebabkan penerjemahan itu membutuhkan legalitas. Menurut aturan yang berlaku, hanya manusia yang berhak menyandang legalitas itu.

Ada juga penerjemah tersumpah atau certified translator maupun sworn translator. Sebuah profesi yang hanya bisa didapatkan oleh mereka yang lulus ujian sertifikasi. Biasanya penyelenggara ujian sertifikasi ini adalah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

AI secanggih apapun, meski mereka lulus ujian sertifikasinya, tetap tidak bisa menjadi penerjemah tersumpah. Kenapa? Ya karena aturannya mengatur demikian. Lain soal kalau aturannya diubah.

Kalau aturannya sudah diubah, misalnya pihak kedutaan besar yang membutuhkan penerjemah dokumen itu bisa memakai AI, tentu saja keberadaan profesi ini tidak diperlukan lagi.

Para pemandu wisata dulu cukup ramai. Salah satu cita-cita saya sejak SMP ini lambat laun sudah terkikis habis, padahal tempat wisata semakin banyak. Tahu \’kan sebabnya?

Turis bisa memakai Google Translate di aplikasi smartphone mereka. Untuk menuju ke lokasi wisata, mereka punya Google Maps, serta guna mengetahui tempat wisata yang didatangi mereka bisa membuka Google Search.

Ujaran teks bahkan sudah lebih dulu tergantikan oleh keberadaan alat penerjemah. Aplikasi seperti Google Translate sudah terintegrasi dengan Google Board. Sehingga menerjemahkan Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, atau sebaliknya, semudah mengetik di keyboard.

Kemampuan Dictation

Saya cukup terkejut dengan insta-story Gadgetin beberapa pekan lalu. Ia menunjukkan sebuah aplikasi perekaman yang bisa langsung mengonversi suara kedalam teks.

Saya langsung menginstalnya dan membuktikan percobaan David Brendi tadi. Ternyata benar, meski tak terlalu akurat hingga 100%, namun software ini cukup baik dalam mencatat teks bahasa asing dari suara yang didengarkan.

Saya teringat dulu ada satu mata kuliah keahlian yang wajib diambil bagi para mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris. Mata kuliahnya bernama Dictation dan mesti diambil empat SKS. Dictation I sebanyak dua SKS, dan Dictation II dua SKS.

Mata kuliah tersebut diberikan agar para mahasiswa memiliki kemampuan dalam menuangkan bahasa lisan kedalam teks. Mata kuliah ini berbeda dengan Listening. Sebab kalau Listening masih menoleransi adanya kesalahan dengar, asal konteksnya bisa dipahami.

Yang saya dapatkan dari mata kuliah Dictation itu ya kemampuan mendengarkan dan kewajiban menulis yang sama persis dengan bahasa lisan tersebut. Dan empat SKS itu saat ini sudah bisa dikerjakan oleh software Perekaman Suara yang dipakai oleh pengguna smartphone Pixel.

Guru Les Privat Bahasa Inggris

Keberadaan guru les privat mungkin saat ini masih banyak dibutuhkan oleh para orang tua. Jasa mereka masih cukup diperlukan agar anak mereka bisa menyelesaikan kebutuhan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

Pencocokkan dengan kurikulum inilah yang hingga saat ini masih membuat profesi guru les privat diperlukan. Guru-guru di kursus Bahasa Inggris juga sepertinya masih bisa diandalkan.

Apalagi kalau berbicara tentang guru-guru di sekolah formal. Jelas posisi mereka belum tergantikan selama masih ada mata pelajaran Bahasa Inggris diajarkan di sekolah-sekolah.

Catatan bagi guru les sendiri, belajar Bahasa Inggris secara mandiri sudah tersedia di banyak platform internet. Mungkin bakal ada wahana chatbot agar siswa mahir melakukan conversation. Soal kesesuaian dengan kurikulum, hal itu bisa diatur.

Artinya potensi tergesernya profesi yang satu ini juga cukup besar.

Penutup

Dari tiga bidang itu, bisa jadi sebetulnya ada lebih banyak lagi yang sudah tergantikan. Sayangnya saya belum menngetahuinya secara jelas.

Bagaimanapun zaman selalu berubah. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kita cepat ataupun lambat. Mereka yang mampu bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Apabila potensi pekerjaannya diambil oleh orang lain, bahkan oleh robot AI, maka adaptasi untuk mencari sumber penghasilan lain mutlak diperlukan.

Sebagai manusia, kreativitas tetap menjadi unggulan. Ini yang tak dimiliki oleh AI yang tercanggih sekalipun.

Selaku lulusan Bahasa Inggris juga, saya berdoa agar setiap kita menemukan jalan yang terbaik dalam mengabdi pada Pemberi Kehidupan. Jangan patah semangat hanya karena kecerdasan buatan.

bangdoel

Bang Doel adalah seorang blogger yang menulis tentang berbagai topik di dunia digital, media sosial, gadget, teknologi, politik, sosial, dan humaniora. Doel.web.id menjadi sarana untuk menyalurkan hobi menulis dan melakukan analisis.

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Selamat Tinggal Google Plus!

16 Perempuan Paling Berpengaruh di Bidang Teknologi

Cara Memperbaiki Peta Google Maps, Biar Tak Tersesat Lagi

10 Hal Baru dari Google I/O 2018 Yang Perlu Diketahui