Kisah di Balik Perplexity AI yang Bikin Google Deg-degan!

doel.web.id – Kamu pernah bertanya-tanya, gimana jadinya kalau mesin pencari bisa ngobrol langsung kayak manusia, dan kasih jawaban lengkap plus sumbernya? Nah, inilah yang coba ditawarkan sama Perplexity AI. Tapi tunggu dulu, Perplexity AI ini bukan cuma sekadar chatbot pintar biasa. Di balik namanya yang unik, ada cerita menarik soal bagaimana teknologi ini lahir dari otak-otak jenius yang sebelumnya kerja di perusahaan top seperti OpenAI, Meta, sampai Quora.
Biar kamu makin ngerti, yuk kita bahas dari awal gimana sejarah berdirinya Perplexity AI, siapa aja di balik layarnya, dan kenapa dia bisa jadi salah satu mesin pencari yang digadang-gadang bisa jadi pesaing Google di masa depan!

Awal Mula Ide Brilian Tercetus

Mungkin kamu berpikir, kenapa sih harus bikin mesin pencari baru? Bukannya udah ada Google? Tapi ternyata, para pendiri Perplexity AI punya pemikiran beda. Mereka merasa pengalaman mencari informasi bisa dibuat lebih pintar, interaktif, dan relevan dengan bantuan teknologi AI.
Aravind Srinivas, otak utama di balik proyek ini, melihat celah besar di dunia pencarian informasi. Setelah kerja di OpenAI dan ngerti betul soal model bahasa besar (Large Language Models/LLM), dia kepikiran untuk gabungkan teknologi AI yang bisa diajak ngobrol dengan sistem pencarian yang transparan, alias bisa nunjukin sumber aslinya. Jadilah, lahir si Perplexity  ini. Nggak cuma pintar jawab pertanyaan, tapi juga bisa kasih referensi langsung dari web, alias bukan asal jawab doang.

Pendiri-Pendiri Cerdas di Balik Perplexity AI

Sebelum kamu makin penasaran, yuk kenalan sama empat tokoh utama yang membentuk Perplexity AI di bawah ini:

1. Aravind Srinivas

Aravind adalah CEO dan pendiri utama Perplexity. Sebelumnya dia adalah peneliti AI di OpenAI, jadi udah terbiasa ngoprek hal-hal canggih. Visi dia simpel tapi brilian: bikin mesin pencari yang bisa diajak ngobrol dan kasih jawaban berbasis sumber nyata, bukan cuma tebak-tebakan dari AI.

2. Andy Konwinski

Kalau kamu pernah dengar tentang Databricks, Andy adalah salah satu pendirinya. Dia bawa pengalaman dari dunia big data dan sistem back-end ke dalam tim Perplexity, jadi soal kecepatan dan efisiensi sistem, dia jagonya.

3. Denis Yarats

Denis yang sekarang jadi CTO ini dulunya ilmuwan peneliti AI di Meta (Facebook). Dia bertugas ngembangin sistem supaya Perplexity AI bisa kasih jawaban yang akurat dan terstruktur, bukan asal-asalan.

4. Johnny Ho

Johnny dulunya teknisi di Quora, terus pindah jadi pedagang kuantitatif di Wall Street. Sekarang dia jadi CSO (Chief Strategy Officer) di Perplexity AI, bertugas mikirin strategi dan arah perusahaan ke depan.

Tahun Berdirinya Perplexity AI

Tahun 2022 jadi tonggak sejarah berdirinya Perplexity AI. Di tengah maraknya teknologi AI dan kehausan akan informasi yang cepat serta akurat, startup ini muncul sebagai solusi. Mereka nggak cuma pengen bersaing, tapi juga menciptakan cara baru buat manusia berinteraksi dengan informasi.
Kantor pusat mereka ada di San Francisco, California, jantungnya dunia teknologi. Dari situ, mereka mulai membangun sistem canggih yang bisa jawab pertanyaan pengguna, cari data dari berbagai situs terpercaya, dan tampilkan jawaban dalam bentuk percakapan yang manusiawi.

Apa yang Membuat Perplexity AI Berbeda?

Kamu pasti bertanya-tanya, apa sih bedanya Perplexity AI sama chatbot AI lainnya? Ini dia alasannya!

1. Jawaban Berbasis Sumber Nyata

Kalau chatbot lain cuma ngasih jawaban dari pengetahuan internal, Perplexity AI beda. Dia bakal cari data terbaru dari web, lalu kasih jawaban lengkap plus link ke sumbernya.

2. Gaya Percakapan yang Natural

Interaksi di Perplexity AI terasa lebih manusiawi. Kamu bisa tanya apapun dan jawabannya dibuat dalam gaya bahasa yang santai, nggak kaku kayak mesin.

3. Fokus pada Transparansi dan Keakuratan

Pendekatan Perplexity AI sangat menekankan transparansi. Jadi pengguna nggak cuma percaya begitu aja, tapi juga bisa verifikasi info sendiri lewat tautan yang dikasih.

4. Dukungan Model Bahasa Besar (LLM)

Dengan memanfaatkan LLM, Perplexity  punya kemampuan memahami konteks lebih baik. Jadi, pertanyaan yang kamu ajukan akan dijawab dengan lebih relevan dan nyambung.

Dari Startup ke Masa Depan Mesin Pencari

Sejak dirilis, Perplexity AI terus berkembang pesat. Banyak orang mulai beralih ke platform ini karena keunikannya. Bahkan beberapa media teknologi mulai menyoroti potensi Perplexity sebagai Google Killer di masa depan.
Startup ini juga aktif berinovasi. Nggak cuma bikin sistem pencarian, tapi juga mengembangkan layanan AI yang bisa digunakan untuk pendidikan, bisnis, dan kebutuhan riset. Visi mereka jelas, yakni bikin akses informasi jadi lebih pintar, cepat, dan terpercaya.

Baca juga: ChatGPT o1-Pro, Model AI Termahal dengan Performa Tertinggi, Layak Dicoba?

Kalau kamu berpikir dunia mesin pencari sudah stagnan, Perplexity AI datang buat membuktikan sebaliknya. Dengan kombinasi teknologi AI terkini, tim pendiri yang luar biasa, dan misi untuk membuat pencarian informasi jadi lebih manusiawi, Perplexity AI benar-benar jadi inovasi yang patut diikuti.

Jadi, lain kali kamu cari jawaban di internet, mungkin kamu akan lebih suka ngobrol sama Perplexity AI ketimbang sekadar Googling. Siapa tahu, kamu bakal nemu cara baru untuk belajar dan menemukan hal-hal keren yang sebelumnya nggak pernah kamu bayangin.

 

Gania Afriani

Saya Gania Afriani, seorang penulis profesional yang terbaik, jujur, dan selalu update dalam menulis artikel, blog, dan konten pemasaran berkualitas tinggi. Saya meyakini bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menghibur, dan memotivasi orang.

Post navigation