Asus cukup spartan dalam merilis laptop. Dalam setahun, empat hingga lima kali pabrikan asal Taiwan ini mengenalkan laptop terbaru mereka dari berbagai seri. VivoBook, ZenBook, TUF, hingga ROG silih berganti membombardir pasar Indonesia.
Apakah konsumen kebingungan dengan banyaknya laptop maupun notebook Asus? Sepertinya tidak, sebab masing-masing seri dan tipenya menggarap segmen tersendiri. Konsumen jadi punya banyak pilihan dalam membeli laptopnya, tinggal disesuaikan antara kebutuhan dan budget saja.
Untuk konsumen yang membutuhkan laptop untuk penggunaan sehari-hari seperti mengetik, berinternet, maupun desain grafis yang ringan, Asus juga punya banyak pilihan. Kebetulan, beberapa minggu lalu, Asus mengirimkan Asus VivoBook X505Z.
Laptop ini dikirim Asus sebagai hadiah lomba yang dibesut oleh Asus dan Blogger Borneo dalam mengulas Asus VivoBook Pro F570. Saya mendapatkan juara kedua, dan laptop itulah hadiahnya. Dan hanya kurang dari sepekan saja, laptop itupun tiba di rumah.
Beragam kesibukan cukup mendera saya, sehingga ulasan laptop ini belum bisa langsung dikerjakan. Meski begitu, ditengah kesibukan tersebut, saya memang mengandalkan laptop hadiah tersebut untuk sekalian diuji-pakai. Hasilnya saya ceritakan di artikel ini.
Asus VivoBook X505Z sepertinya memang dibuat khusus untuk mereka yang hanya menggunakan laptop sebagai sarana mengerjakan tugas menggunakan Microsoft Office, berselancar dengan peramban Chrome, maupun memutar video dengan beragam aplikasi multimedia.
Beberapa tugas dasar itu memang bisa ditingkatkan. Misalnya ketika dibutuhkan penyuntingan gambar bahkan diharuskan membuatnya sendiri di aplikasi seperti Corel Draw maupun Adobe Photoshop, Asus VivoBook X505Z cukup tangguh menjalankannya. Cuma jangan meminta lebih.
Jika anda membeli laptop ini dan bakal banyak menghabiskan waktu dengan aplikasi desain grafis, semoga bisa dipikirkan kembali. Sebab bukannya tidak bisa, akan tetapi laptop ini memiliki respon yang cukup lambat terutama ketika membuka aplikasi pertama kali dan menyimpannya.
Aplikasi untuk menyunting video pun bernasib serupa. Saya mencoba dengan aplikasi yang tergolong ringan, Filmora. Hasilnya sama saja, responnya tak begitu membanggakan. Ada beberapa jeda ketika video disunting, terlebih rasa lambat itu hadir ketika dilakukan proses rendering untuk mengekspor hasilnya.
Lantas, apakah perlu dibatalkan saja jika anda punya niat untuk membeli laptop ini? Saya pikir jangan dulu, sebab ada beberapa keistimewaan dari laptop ini yang mungkin tidak dipunyai laptop lain di rentang harga yang sama. Pun dengan adanya peluang upgrade yang bisa dilakukan untuk meningkatkan performa laptop ini.
Asus VivoBook X505Z memakai prosesor AMD Ryzen 3 2200U dengan clockspeed di angka 2,5 GHz yang bisa overclock hingga 3,4 GHz. Kartu grafisnya dipercayakan kepada AMD Radeon Vega 3.
Kapasitas penyimpanan Asus VivoBook X505Z dipercayakan pada hardisk SATA 1 TB dengan kecepatan 5400 rpm. Nah, tadi disinggung ada potensi upgrade untuk meningkatkan performa, yakni ada slot kosong untuk dipasangi SSD M.2 agar respon dalam membuka aplikasi bisa lebih cepat.
Upgrade selanjutnya pun bisa dilakukan sebab Asus VivoBook X505Z memiliki slot kosong untuk memasang RAM tambahan. Secara default, Asus hanya memberikan RAM sebesar 4 GB saja untuk menopang performa laptop. Jadi kalau anda melakukan upgrade ini, performanya bakal semakin meningkat.
Saat dilakukan benchmarking, Asus VivoBook X505Z mendapatkan skor 641 di Cinebench. Lalu CPUZ mencatat skor 219 untuk single threads dan 926 untuk multi threads. Skor ini sedikit diatas Intel Core i5 3470.
Keunggulan dapur pacu yang cukup tangguh untuk menopang aktivitas sehari-hari ditunjang pula dengan tampilan luar Asus VivoBook X505Z yang elegan. Meski berbahan plastik, Asus memberikan finishing serupa pola yang menyerupai metal di sekitar touchpad. Pola titik melingkar dengan fokus pada dua sentral mengapit tulisan Sonic Master menjadi pola dasar yang mewarnai keyboard.
Selalu ada satu hal yang membuat saya kurang suka dengan keyboard pada laptop Asus adalah keberadaan tombol power yang berdekatan dengan tombol delete. Bahkan ia menempati posisi tombol delete buat yang terbiasa dengan keyboard konvensional. Alpanya backlit juga membuat keyboard yang sebetulnya enak dipakai ini jadi punya nilai minus. Ya memang kalau ada LED backlit-nya harganya jadi naik sih.
Hal menarik lain adalah pada layar 15,6 inci yang dimiliki Asus VivoBook X505Z ini, yakni tidak membuat laptop ini memiliki ukuran yang lebar. Keunggulan ini disebabkan fitur NanoEdge display yang membuat layar memiliki bezel yang tipis. Di cover depannya pun, ada pola mirip bunga yang berfungsi sebagai anti-fingerprint-magnet. Bukan alat canggih sih, cuma pola grip yang membuat sidik jari tidak membekas.
Overall, dengan bobot tanpa charger yang hanya 1,68 kg, Asus VivoBook X505Z layak dinobatkan sebagai laptop yang wajib anda pilih di rentang harga Rp6,4 juta. Apabila anda memiliki budget lebih, Asus VivoBook X505Z yang lebih tinggi bisa dipinang juga, yakni mulai Rp8 juta hingga Rp11,3 juta.
Di dalam paket pembelian, sudah tersedia charger, Windows 10 pre-install, dan tas punggung. Berminat?
Review: Asus VivoBook X505Z, Performa Puas Meski Budget Terbatas