3 contoh Bisnis sosial di Indonesia Yang Menginspirasi

doel.web.id – Sebuah bisnis tidak seharusnya berpacu pada berapa besar keuntungan yang bisa didapatkan tetapi juga memikirkan manfaat yang bisa diberikan oleh orang lain. Hal inilah yang menjadi acuan sebuah bisnis sosial. Bisnis sosial sendiri merupakan salah satu bisnis yang bisa menginspirasi banyak orang, maka dari itu kali ini kami akan membagikan 3 bisnis sosial di Indonesia yang bisa menjadi inspirasi anda.

Bisnis sosial atau biasa juga disebut sebagai “Social Business” adalah suatu kegiatan bisnis yang memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang tidak terpenuhi atau memecahkan masalah sosial yang sedang dihadap, dimana pelaku bisnis dan pihak terkait secara bersama-sama mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan serta menggunakannya demi kepentingan sosial dan kemasyarakatan.

Merujuk pada pengertian diatas, tentu bisa disimpulkan bahwa pelaku bisnis sosial memiliki jiwa sosial dan rasa simpatik yang tinggi dimana saat ini terdapat banyak orang yang mendedikasikan hari-harinya untuk membantu sesama di seluruh dunia termasuk di Indonesia tanpa pamrih dan mengharapkan imbalan.

Untuk itu kali ini kami akan memberikan 3 contoh bisnis sosial di Indonesia yang bisa memberikan inspirasi, walaupun tiga daftar dibawah hanya sebagian kecil dari banyaknya bisnis sosial yang sangat membantu orang di Indonesia, tetapi setidaknya beberapa contoh diatas bisa menjadi panutan dan teladan bagi kita semua.

Baca juga Mengenal Sistem Bisnis Kangen Water

Bisnis sosial di Indonesia

Bisnis sosial di indonesia

Es Krim Osiris Hanya Memperkerjakan Kaum Difabel Saja

Walaupun dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 pada pasal 5 yang menyebutkan sebuah perusahaan yang memiliki karyawan 100 karyawan minimal memperkerjakan 1 orang difabel, tetapi pada kenyataannya dilapangan kaum difabel tetap saja kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan.

Hal inilah yang menggerakkan hati 5 mahasiswa dari Universitas Gajah Mada (UGM) untuk melakukan pendampingan kepada komunitas Difabel di Desa Sidomulyo Bantul. Mereka adalah Aldo Egi Ibrahim, Sheila Reswari, Ali Bachtiar Sirry, Muhammad Andira Barmana, dan Nur’aini Yuwanita Wakan yang melakukan riset mengenai potensi desa yang memang banyak penyandang difabel yang jumlahnya mencapai 90 orang dimana kebanyakan dari mereka menjadi difabel akibat dari penyakit polio dan ada juga yang menjadi korban gempa tahun 2006 silam.

Dari salah satu dari kelima mahasiswa tersebut Sheila yang tetap melanjutkan pendampingan kaum difabel. Karena hasil survei menunjukkan bahwa yang paling potensial di daerah tersebut adalah buah naga sehingga diputuskanlah membuat es krim yang terbuat dari buah naga yang diberi nama es krim Osiris.

Meski usianya masih muda namun usaha Sheila dan timnya tidak sia-sia. Karena es krim Osiris bukan hanya meningkatkan taraf hidup penyandang difabel namun usaha ini ternyata berkembang pesat dan mendapatkan apresiasi. Sebut saja dimana pada tahun 2015 lalu, mereka mendapatkan penghargaan Young Social Entrepreneurs 2015 di Singapura yang mendapatkan hadiah sebesar SGD 20.000 atau sekitar Rp 200 juta yang kemudian digunakan untuk membangun pabrik es krim dan membeli motor khusus penyandang difabel (motor roda tiga) agar bisa menjajakan es krimnya.

Dari konsep tersebut ada hasil yang disisihkan dari penjualan ice cream Osiris untuk membantu para penyandang difabel baik untuk biaya pendidikan maupun kesehatannya.

Bisnis Hijab Nalacity yang Memberdayakan Mantan Penderita Kusta

Bisnis Hijab Nalacity

Tentu tidak mudah menemukan anak muda yang ingin membangun bisnis sosial daripada bisnis yang bisa menghasilkan profit untuk membangun masa depan. Tidak mudah tetapi bukan berarti tidak banyak, seperti salah satunya gadis berusia 25 tahun yang bernama Hafiza Elvira Nofitariani yang saat menjadi seorang direktur dari Nalacity Foundation yang memberikan pembinaan kepada Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Kota Sitanala Tanggerang. Dimana gadis ini mengajarkan bagaimana cara menjahit hijab dan aksesoris yang kemudian di pasarkan kepada para mantan penyakit kulit berbahaya tersebut.

Mengajak para mantan penderita kusta memang tidak mudah karena ketakutan akan tertular penyakit tersebut. Selain itu, pada awalnya para mantan penyandang kusta berpikir Hafizah adalah seorang penipu yang berkedok untuk menawarkan bisnis. Namun Hafizah tak mau berkecil hati perlahan-lahan dia meluluhkan para OYPMK sehingga mereka mau menjalankan bisnis bersama dengan menjahitkan hijab-hijab yang bahannya dari Hafizah.

Hafizah memilih berbisnis hijab, karena saat dia melakukan survei terhadap warga di Sitanala, kaum hawanya rata-rata memiliki kemampuan menjahit meski fisiknya sudah tak lagi sempurna. Sehingga dipilihlah bisnis hijab tersebut. Apalagi bisnis tersebut memang pas dengan trend hijabers beberapa tahun belakangan ini. Berbeda dengan hijab kebanyakan, hijab yang diproduksi oleh Nalacity ada hiasan berupa manik-maniknya sehingga kemudian dikemas unik berbentuk segitiga dan kini bisnis Nalacity sudah berkembang hingga di ekspor sampai Kota Qatar.

Bank Sampah Untuk Kebersihan dan Ekonomi Masyarakat

Bank Sampah Gemah Ripah

Bank sampah sendiri memang bukan seperti bank pada umumnya yang tempat menyimpan uang. Namun seperti halnya bank konvensional bank sampah memiliki sitem manajerial yang operasionalnya dilakukan oleh masyarakat dan memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat. Sampah yang disetorkan oleh masyarakat tak bisa langsung disetorkan namun harus dipilah terlebih dahulu sesuai dengan jenisnya apakah itu kaca, plastik, kertas dan metal setelah ditimbang maka baru bisa ditukarkan dengan uang.

Bisnis sosial bank sampah memang beberapa tahun ini sedang digandrungi dimana apabila dulu sampah dianggap sesuatu yang menjijikkan dan sepatutnya dibuang namun beberapa tahun ini sampang justru sesuatu yang menjual dan menghasilkan banyak uang. Bahkan bisnis ini telah mendapat lampu hijau dari pemerintah. Agar bisa menyelesaikan dua masalah bangsa yaitu kemiskinan dan kebersihan.

Bahkan Bank Sampah kini telah diatur dalam UU nomor 18 Tahun 2008 yang mengatur tentang pengelolaan sampah dan UU Nomor 81 Tahun 2012 yang mengamati perlunya ada perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yakni dari paradigma kumpul-angkit-buang yang menjadi pengolahan dan bertumpu pada pengurangan dan penanganan sampah.

Apabila ditengok ke belakang, bank sampah sebenarnya bukanlah program pemerintah namun sebuah kesadaran seorang dosen politeknik Kesehatan Lingkungan di Yogyakarta karena melihat banyaknya sampah yang berserakan. Sehingga atas inisiatif sendiri, akhirnya dia pun mencetuskan sebuah ide mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah yang dia bangun di dusun Bandengan yang terletak di wilayah perkotaan Kabupaten Bantul pada tanggal 23 Februari 2008 silam.

Pada awal bisnis sosial ini sama sekali tidak menggunakan dana untuk modal, dimana dia hanya menggunakan konsep 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle dimana dua bulan pertama Bambang merasakan kesulitan mengajak masyarakat berbisnis sampah ini apalagi dia memulai bisnis ini tanpa modal. Ia pun mencari ide dengan mengajak anak-anak untuk menyetorkan sampahnya ke bank, dimana karena anak-anak yang menyetorkan sampah ke bank mendapatkan uang akhirnya para orang dewasa pun tertarik ikutan sehingga akhirnya berkembang hingga sekarang. Bahkan sekarang pemerintah memberlakukan kebijakan yakni tidak akan memberikan piala adipura kepada kota yang tidak memiliki bank sampah sehingga hampir semua daerah kini memiliki bank sampah.

Demikian informasi mengenai 3 bisnis sosial di Indonesia yang bisa menjadi inspirasi anda. Selain 3 daftar diatas, tentunya masih banyak lagi bisnis sosial yang dilakukan para sosial enterprenuer di tanah air yang sangat bermanfaat bagi orang lain.