Dunia digital bergerak begitu cepat. Kebutuhan akan konten terus berkembang pesat. Mereka yang berkelindan di dalamnya mesti ikut melesat. Sebab tertinggal di belakang, bukan cuma tak akan tercatat, namun rugi berat. Ya, bloger, youtuber, dan secara umum kreator konten mesti beradaptasi secara kilat.
Bloger yang hanya berkutat pada tulisan bagus, akan tertinggal dengan mereka yang memiliki keahlian tambahan di bidang fotografi. Mereka yang memiliki keduanya, kadang dilangkahi oleh mereka yang punya nilai tambah skill ilustrasi. Semuanya pun sering tertinggal dari mereka yang memiliki tambahan kemahiran di dunia videografi.
Ya, dunia digital membutuhkan kreator konten yang fasih segalanya. Meski masih membutuhkan bloger yang fasih menulis, tapi kebutuhannya tetap tak terbatas disini saja. Sebagai contoh, teori akan post engagement social media yang bakal meningkat apabila diberikan gambar, ternyata sudah usang dan berganti dengan post yang memakai video sebagai medianya. Kini semakin banyak orang nongkrong di YouTube dibandingkan di depan artikel panjang di platform Blogger dengan aktivitas membacanya. Ya, bukan salah dunia literasi yang kurang diminati, tetapi kemenarikan antara video dibanding tulisan yang tak bisa dielakkan begitu saja.
Maka bloger mesti beradaptasi. Sudah pasti ada hambatan untuk menyusul kecepatan perkembangan ini. Salah satunya alat perang yang kurang mumpuni. Saya sendiri memakai komputer desktop untuk menulis, membuat ilustrasi, mengedit video, serta terhubung dengan internet untuk berkomunikasi. Pada mulanya saya merasakan tak ada masalah sama sekali. Beragam konten, baik menulis kolom di media daring, replacement content, berkontribusi pada media komunitas, hingga blog dan kanal YouTube sendiri terurusi dengan rapi. Sampai suatu ketika, sebuah agenda ke luar kota membuat sikap mengandalkan komputer desktop tak sama lagi.
Saat itu sebuah tugas datang, dengan tenggat waktu yang tak bisa diperpanjang. Namun ke luar kota pun merupakan kebutuhan yang tak bisa dihadang. Alat tempur berupa komputer desktop tentu tak bisa dijinjing dengan gampang. Tugas-tugas pun pada akhirnya tak bisa dikerjakan hingga tenggat waktu menjelang. Dengan terpaksa, beberapa kerjasama pada akhirnya dihentikan hingga sekarang. Sebetulnya masih terus terngiang di pikiran, tapi ini sudah kepalang. Saya hanya berpikir agar masalah tersebut tidak terulang.
Spesifikasi Asus VivoBook A407
Sampai pada hari Kamis, 19 April 2018 waktu itu, Asus merilis dua laptop barunya di tanah air secara resmi. Asus VivoBook A407UA dan VivoBook A407UB adalah nama kedua laptop ini. Keduanya dibedakan oleh kartu grafis, dimana ASUS VivoBook A407UB memakai NVIDIA GeForce MX110 dengan GDDR5 VRAM berkapasitas 2GB yang lebih mumpuni dibanding satunya lagi. VivoBook A407UA memakai Intel HD Graphics 520 yang sudah terintegrasi. Meski keduanya layak dipinang, tapi sejak saat itu sebetulnya saya lebih memilih VivoBook A407UB disebabkan faktor kartu grafis tadi.
Kalau tanpa melihat kartu grafis bagaimana? Apakah kedua VivoBook A407 masih layak dicoba? Mari kita simak saja beberapa fiturnya.
Hal pertama yang membuat VivoBook A407 ini menarik adalah soal beratnya yang hanya 1,5 kg saja. Bobot seberat ini buat saya tak mengganggu mobilitas ketika bekerja. Bahkan ukuran lebarnya hanya seukuran penggaris standar 30 cm, dengan ketebalan yang tak melebihi buku 200 halaman, dan sangat mudah untuk masuk ke tas ransel yang saya punya.
Bobot ini sangat penting, sebab terkait dengan kenyamanan dalam mobilitas. Saya, dan mungkin saja semua kreator konten sepakat, bobot laptop yang berat bakal sangat mengganggu rutinitas. Dengan dimensi yang dimiliki ASUS VivoBook A407 ini, wajar jika didaulat sebagai laptop yang pas. Ya, pas untuk kreator konten yang selalu menginspirasi dan tak ingin terhambat dalam bermobilitas.
Sejak tahun 2017 layar pada laptop Asus selalu dibekali dengan fitur NanoEdge Display, dan selalu jadi sales-point utama. NanoEdge Display ini memungkinkan sebuah layar laptop tidak akan menghasilkan refleksi cahaya yang mengganggu penggunanya. Anti-glare, begitu Bahasa Inggris secara umum menyebutnya.
Sebetulnya NanoEdge Display bukan cuma berurusan pada anti-glare, pendaran refleksi cahaya, maupun sales-point laptop Asus yang utama. Namun ia berhubungan dengan segala macam tampilan yang memungkinkan saya, selaku pengguna, enak melihat layarnya.
Makanya, pada VivoBook A407 inilah NanoEdge Display juga diterapkan. Misalnya untuk soal screen-to-body ratio yang mencapai 73,8% sehingga menyisakan bezel tipis 7,1 mm, VivoBook A407 memberikan tampilan yang nyaman. Laptop ini pun punya lebar layar 14 inci, dengan LED backlit HD 1366x768p, frame rate 60Hz, serta 45% NTSC, yang ditopang oleh teknologi Asus Splendid untuk kecerahan layar yang aman.
Bagi kreator konten yang tidak selalu berhubungan dengan urusan saturasi warna, persentase 45% pada NTSC layar VivoBook A407 tadi tak akan dipermasalahkan. Sebagai gantinya, pengurangan persentase tadi berimbas pada bertambah lebarnya sudut pandang layar yang mencapai 178°, yang menjadikan pandangan terhadap layar semakin menyenangkan.
Pada Windows 10 yang terinstal di laptop premium, ada fitur masuk dan pembuka layar yang disebut Windows Hello, yang bisa dibuka dengan sidik jari maupun pindaian retina mata. Ya, fitur ini hanya ada di laptop premium saja. Untung saja meski bukan termasuk laptop premium, VivoBook A407 punya pemindai sidik jari yang terletak di touchpad bagian sudut kanan atasnya. Jadi VivoBook A407 bisa mengaktifkan fitur Windows Hello, yang bakal meningkatkan keamanan laptop naik beberapa anak tangga.
Kemanan laptop bagi kreator konten tentu sangat penting, mengingat banyak data-data di dalamnya. Ditambah lagi mereka yang gemar bekerja di luar ruangan, dimana keamanan perangkat sangat rentan disalahgunakan oleh siapa saja.
Tiga fitur dalam VivoBook A407 tadi ditunjang oleh dapur pacu Intel® Core™ i3 6006U dengan prosesor 2.0 GHz kecepatannya. Ada RAM sebesar 4GB yang bisa ditambahi hingga 8GB sebab ada satu soket SO-DIMM yang kosong disampingnya. Satu hal yang menarik lagi dari VivoBook A407 adalah keberadaan harddisk berkecepatan 5400 RPM dengan kapasitas 1TB, yang bakal membuat penyimpanan data jadi lebih lega.
Yang lebih menyenangkan, dengan beragam spesifikasi menawan dan fitur yang rupawan, VivoBook A407 dibanderol dengan harga yang berkawan. VivoBook A407UA dibanderol dengan harga Rp5.799.000 sementara VivoBook A407UB Rp6.499.000 pada saat perilisan. Nah, buat yang ingin meminang salah satu atau keduanya, tentu sudah siap dengan budget yang mesti disiapkan. Sebab kalau tidak, laptop yang bisa menunjang pembuatan konten bakal selamanya menjadi laptop impian yang tak pernah menjadi kenyataan. Kalau begitu, bukan mustahil kejadian pilu yang terdahulu bakal terulang terus-terusan.
Tiga Fitur Unggulan Asus VivoBook A407