Saat ini seolah ada perlombaan untuk besar-besaran RAM smartphone. Seolah, RAM besar maka smartphone itu paling baik. Untuk itu pabrikan berhak membanderol smartphone itu dengan harga yang lebih tinggi. Makanya, benarkah RAM besar itu penting atau hanya gimmick marketing belaka?
RAM merupakan kepanjangan dari random access memory, dimana RAM yang terdapat di smartphone berbeda dengan yang ada di laptop atau PC. RAM pada komputer bisa ditambahkan kapasitasnya, apalagi jika motherboard-nya masih menyisakan slot untuk memasang RAM tambahan. Namun tidak begitu dengan RAM pada smartphone.
RAM pada smartphone sudah terpasang secara default dari pabrikan. Apabila anda membeli smartphone dengan RAM 3 GB, maka sulit untuk menambahkan RAM tersebut menjadi 4 GB, misalnya. Sebab chipset pada smartphone berbeda dengan motherboard pada laptop.
Pada smartphone, komponen semacam RAM, memori, CPU, GPU, menyatu dalam chipset. Seseorang mungkin bisa menambahkan memori internal, seperti yang dilakukan seorang YouTuber luar negeri. Mungkin ada juga yang bisa menambahkan kapasitas RAM. Namun kedua proses ini memakan resiko yang tidak sedikit, oleh karenanya tidak banyak orang yang mampu dan mau melakukannya.
Makanya pabrikan pun pada akhirnya berlomba-lomba membuat smartphone dengan RAM yang cukup besar. Alasannya agar orang-orang cukup puas dengan kapasitas RAM di dalam smartphone-nya. Namun apakah penambahan RAM itu cukup penting? Lalu sebetulnya apa sih fungsi RAM sendiri?
Fungsi RAM di dalam smartphone
Fungsi RAM di dalam smartphone sebetulnya sama dengan fungsi RAM pada laptop atau komputer pada umumnya. RAM berfungsi untuk menyimpan data random/acak secara sementara sebelum data tersebut ditransmisikan ke bagian lain. Ya, hal yang perlu dicatat adalah RAM itu sama-sama melakukan penyimpanan seperti halnya hardisk atau memori internal.
Sebuah komputasi yang terjadi pada sistem kerja komputer membutuhkan pemanggilan data secara simultan dan teratur. Misalnya smartphone yang membuka sistem operasi untuk pertama kalinya, maka sistem operasi yang baru hidup itu dirilis dari memori internal dimana data-data sistem berada di sana secara terstruktur. Begitu pun ketika sistem operasi membuka aplikasi lain. Aplikasi ini tentu sudah ada pada memori internal, atau ada pun di memori eksternal. Kata kuncinya adalah penyimpanan itu teratur dan terlokalisir.
Namun adakalanya sistem operasi membutuhkan tempat untuk menyimpan sementara. Misalnya ketika sebuah aplikasi berjalan, terlebih aplikasi online, maka tempat penyimpanan sementara ini mutlak dibutuhkan.
Kalau proses ini diibaratkan lalu lintas, maka RAM adalah jalannya dan kendaraan adalah data yang tersimpan. Namun dalam lalu lintas tentu ada yang mengatur ‘kan? Nah, sang pengatur lalu lintas ini tentu tidak lain dan tidak bukan adalah sistem operasi. Istilah untuk menyebut hal ini adalah manajemen RAM.
Saat ini iOS kerap disebut-sebut sebagai pemilik manajemen RAM terbaik, sehingga iPhone dipandang handal perihal multitasking meski memiliki RAM 2 GB saja. Untuk manajemen RAM pada sistem operasi Android hasil kostumisasi pabrikan, seperti ZenUI, MIUI, EMUI, OxygenOS, ColorOS, dan lainnya, pandangan orang bervariasi. Untuk itulah guna mengantisipasi sistem Android yang memakan banyak slot memori RAM, maka pabrikan pun mengambil jalan pintas dengan membuat RAM semakin besar.
Penting atau sekedar gimmick?
Sayangnya, semakin besar kapasitas RAM, maka harga yang dibanderol pun semakin besar pula. Padahal, harga peningkatan tersebut tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan. Oleh karenanya, banyak yang bilang kalau peningkatan RAM ini hanyalah akal-akalan marketing saja untuk mendulang laba yang lebih besar.
Peningkatan RAM ini ibarat perlombaan memperbesar angka resolusi pada kamera smartphone. Banyak pabrikan yang menaruh angka besar pada resolusi kamera smartphone-nya. Namun sebagaimana yang anda juga tahu, resolusi sebuah kamera tidak menjadi faktor penentu utama dalam hasil akhir pemotretan. Sama halnya dengan RAM. Sebuah RAM tidak menjadi penentu utama dari melejitnya kinerja smartphone secara signifikan.
Faktor-faktor lain seperti manajemen RAM pada sistem operasi, chipset yang dipakai, kapasitas daya, hingga kebiasaan pemakai membuat RAM besar atau kecil kerap bukan penentu smartphone tersebut menjadi nomor satu. Apalagi kalau harga yang dibanderol setelah peningkatan RAM itu sangat tidak wajar, ya lebih baik mencari smartphone yang lain dibanding termakan gimmick marketing. Demikian.
RAM Smartphone, Fungsional atau Gimmick?