Siapa sih yang tidak tahu FaceApp akhir-akhir ini? Aplikasi yang viral dengan tanda pagar #AgeChallenge ini membuat beranda media sosial jadi penuh foto hasil olah digital, dimana foto-foto tersebut merupakan ‘cerminan’ masa tua para penggunanya.

Tapi anda semestinya berhati-hati, sebab FaceApp merupakan aplikasi yang memungkinkan developer-nya mengunggah foto-foto tersebut di tempat lain tanpa bisa digugat secara hukum.

Apa itu FaceApp sebenarnya?

FaceApp adalah sebuah aplikasi olah digital yang bisa diunduh melalui Play Store maupun App Store. Mereka menggunakan algoritma artificial intelligence alias kecerdasan buatan untuk melakukan pengeditan otomatis terhadap foto yang diunggah.

Pengguna bisa mengubah fotonya menjadi tua, muda, beruban, berjenggot atau menghilangkannya, berambut panjang, mengubah jenis kelamin, mengganti warna kulit, tersenyum, dan lain sebagainya. Pengeditan ini betul-betul otomatis, pengguna hanya tinggal melakukan klik sekali dua kali tanpa direpotkan dengan skill olah digital pada software yang mahal.

Proses instan yang sekali klik, lalu hasilnya mencengangkan karena terkesan alami membuat FaceApp diunduh banyak orang. Saat ini sudah ada 100 juta lebih pengguna Android yang mengunduh FaceApp. Di App Store, FaceApp menjadi aplikasi olah digital gratis nomor satu dan aplikasi olah digital yang laris kedua di toko aplikasi khusus pengguna iOS tersebut.

FaceApp dibuat oleh Wireless Lab dan diluncurkan awal tahun 2017. Pada beberapa bulan pertamanya, aplikasi asal Rusia ini menuai kontroversi. Hal ini disebabkan kemampuannya dalam mengubah warna kulit membuat sekelompok penganut rasialisme memanfaatkannya untuk memasifkan kebencian rasial.

Kontroversi itu tak membuatnya berhenti. FaceApp tetap dipakai oleh banyak orang, tetapi tidak sampai viral seperti awal kemunculannya. Namun akhir-akhir ini, FaceApp kembali ‘berulah’.

Kampanye #AgeChallenge tersebut sebetulnya diinisiasi oleh FaceApp. Meski diinisiasi oleh developer-nya sendiri, kampanye ini viral dan membuat nama FaceApp kembali melambung.

Mereka belajar dari kasus lama, sehingga kampanye yang mengandung promosi tersebut bukan lagi mengangkat warna kulit. Tetapi lebih kepada perubahan wajah dari yang semula muda diubah menjadi tua. Di foto yang diubah, pengguna tampak berusia 30 – 40 tahun lebih tua dari usia sebenarnya.

Mengapa mesti berhati-hati dengan FaceApp?

Bagian ini khusus buat mereka yang cukup serius memperhatikan perlindungan data pribadi. Kalau tidak terlalu peduli, ya berhentilah membaca artikel ini. Sebab kabarnya, data pengguna FaceApp cukup rentan disalahgunakan.

Pada term and condition atau syarat dan ketentuan layanan yang dibuat Wireless Lab selaku pengembang FaceApp, ditemukan beberapa hal yang cukup mengganjal. Kutipan syarat dan ketentuan tersebut saya sertakan di bawah ini.

“you grant FaceApp a perpetual, irrevocable, nonexclusive, royalty-free, worldwide, fully-paid, transferable sub-licensable license to use, reproduce, modify, adapt, publish, translate, create derivative works from, distribute, publicly perform and display your User Content and any name, username or likeness provided in connection with your User Content in all media formats and channels now known or later developed, without compensation to you”.

Secara singkat pada ketentuan layanan tersebut, pengguna memberikan FaceApp kebebasan untuk mendistribusikan, mengubah, mereproduksi, menayangkan, dan semacamnya terhadap konten yang diunggah pengguna di FaceApp. Dan FaceApp tidak memberikan kompensasi apapun.

Ketika pengguna sudah menyetujui syarat dan ketentuan FaceApp di awal ketika melakukan instalasi, maka aturan tersebut melekat dan tak bisa dibatalkan kecuali pengguna berhenti menggunakan FaceApp. Ya jarang juga ‘kan ketika menginstal aplikasi, kita membaca aturannya dengan detail?

FaceApp juga berkantor di Saint Petersburg, Rusia, dimana wilayah ini tidak masuk Uni Eropa apalagi Amerika Serikat. Sekadar informasi, Uni Eropa dan Amerika Serikat cukup ketat untuk persoalan penyalahgunaan data pribadi. Sehingga ketika ada masalah apapun, orang-orang tidak bisa menggunakan hukum di kedua wilayah tersebut untuk menggugat Wireless Lab, selaku pengembang FaceApp.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam syarat dan ketentuan FaceApp selanjutnya.

“FaceApp, its Affiliates, or Service Providers may transfer information that we collect about you, including personal information across borders and from your country or jurisdiction to other countries or jurisdictions around the world. If you are located in the European Union or other regions with laws governing data collection and use that may differ from U.S. law, please note that we may transfer information, including personal information, to a country and jurisdiction that does not have the same data protection laws as your jurisdiction.”

Sebagai pengguna akhir, end-user, yang hanya berharap manfaat dari aplikasi yang diinstal di smartphone, tentu banyak berharap kalau aplikasi apapun, termasuk FaceApp tidak memberikan bahaya apapun. Tetapi tentu potensi bahaya ini bisa berlainan antara aplikasi yang satu dengan aplikasi yang lainnya.

Pasalnya melihat permission request dari FaceApp juga sudah mencurigakan. Banyak yang merasa kalau ‘akses terhadap galeri foto di smartphone‘ yang memaksa pengguna untuk selalu membukanya cukup berlebihan. Maksudnya ketika kita mengatur agar galeri foto tak bisa dibuka oleh aplikasi pihak ketiga, FaceApp ini tetap mampu menerobosnya dengan memanfaatkan ‘celah’ pada sistem operasi.

Misalnya terhadap pengguna iOS. Pada pengguna sistem operasi milik Apple ini, FaceApp bisa tetap melihat-lihat isi library meskipun penggunanya telah mengatur permission request sebagai ‘never’ alias tidak pernah mengizinkan kepada aplikasi lain untuk melihat isinya. Celahnya adalah, Apple mengubah ‘never’ tadi menjadi ‘read and write’ ketika pengguna mengunggah foto ke aplikasi lain lebih dari sekali.

iOS saja rentan seperti itu, apalagi Android. Di permission request-nya saja, FaceApp sudah meminta cukup banyak akses.

Untuk itulah menggunakan FaceApp ini memang mesti waspada. Sebab ngomong-ngomong soal Saint Petersburg, kemenangan Donald Trump juga ‘disumbang’ oleh para ‘pegiat digital’ dari salah satu kota di Rusia yang berada di ujung Teluk Finlandia ini.

Tetapi tentu saja kesenangan dalam melihat foto diri menjadi jauh lebih tua atau menjadi muda kembali jauh lebih mengasyikkan dibandingkan mengurusi potensi penyalahgunaan data pribadi.

UPDATE:

Wireless Lab akhirnya merespon berita-berita miring tentang syarat dan ketentuan dalam FaceApp. Intinya, dalam rilis pers yang dikeluarkan startup Rusia tersebut menjelaskan kalau FaceApp tidak seperti yang dituduhkan.

FaceApp membantah kalau mereka mengambil foto dari galeri yang tak pernah diunggah pengguna, tidak juga mengirimkannya ke Rusia, dan tak pernah mengaktifkan aplikasi tanpa sepengetahuan pengguna.

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *